Grid.ID - Sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM) berkontribusi besar terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Sektor ini tiap tahun mengalami pertumbuhan pesat.
Melansir dari data Kementerian Koperasi dan UKM RI pada 2018, tercatat ada 64,1 juta pelaku usaha di Indonesia. Sebanyak 99,99 persen merupakan pelaku UMKM serta sisanya, 0,01 persen merupakan pelaku usaha besar.
Sektor UMKM juga mampu menyerap sekitar 116,9 juta pekerja dari 121 juta angkatan kerja di Indonesia. Artinya, UMKM menyumbangkan sekitar 97,00 persen tenaga kerja nasional.
Namun sayangnya, tidak semua pelaku UMKM bisa mengembangkan usahanya ke skala yang lebih besar. Ada beberapa masalah umum yang menghambat pelaku UMKM naik kelas, seperti kekurangan modal, manajemen bisnis, distribusi barang, dan pemanfaatan teknologi.
Kesulitan modal menjadi masalah klasik para pelaku UMKM. Keterbatasan modal membuat mereka tidak bisa meningkatkan jumlah produksinya.
Selanjutnya, minimnya pengetahuan manajemen bisnis. Saat ini, masih banyak pelaku UMKM yang hanya fokus pada produksi barang. Akibatnya, modal usaha justru berhenti di barang produksi karena tidak menerapkan strategi pengembangan urung dilakukan.
Permasalahan klasik lainnya adalah distribusi barang. Produk dari pelaku UMKM memang terkenal berkualitas, tapi sayangnya mereka justru kebingungan dalam mendistribusikan produk tersebut.
Bayangkan bila ada teknologi yang membantu para pengusaha mikro dalam menjual produk yang mereka hasilkan. Tentu jangkauan pemasarannya makin luas.
Contoh kesulitan distribusi ini terjadi pada nelayan. Saat ini, nelayan tradisional kesulitan menjual tangkapan ikan. Mereka akhirnya terpaksa menjual lewat tengkulak. Harga jual yang diterima nelayan pun cukup rendah.
Permasalahan distribusi sebenarnya bisa diatasi melalui bantuan teknologi. Para nelayan bisa dengan mudah memasarkan produk hasil laut melalui aplikasi e-commerce. Harga yang ditawarkan pun jauh lebih kompetitif dan cakupan pasarnya bisa lebih luas. Dengan demikian, nelayan tidak lagi mengeluhkan pendapatan.
Salah satu startup yang membantu penyaluran produk UMKM adalah TaniHub. Startup ini membantu petani dalam menjual produk langsung ke tangan konsumen. Dengan demikian, hasil yang didapat petani lebih besar karena petani tidak lagi menggunakan jalur distribusi yang berlapis-lapis.
Usaha Grab Memberdayakan Startup dan UMKM Indonesia
TaniHub sendiri merupakan lulusan Grab Ventures Velocity (GVV) Angkatan 2. Selain TaniHub, terdapat lima startup lain yang mengikuti program dari Grab ini, yakni Qoala, Tamasia, Porter, Sayurbox, dan Pergiumroh.
Para startup ini memperoleh dukungan dari Grab setelah lulus dari program GVV. Mereka dapat menawarkan layanan kepada pengguna Grab dan GrabKios. Hingga saat ini, lulusan GVV teah memberdayakan 117.000 pengusaha mikro di Indonesia.
Pamita Wineka, President & Co-Founder TaniHub, merasakan betul manfaat setelah lulus dari program GVV. Usai layanannya terintegrasi dengan Grab dan GrabKios, jangkauan pasar produk petani bisa lebih luas.
Selain itu, pemilik usaha kecil seperti pedagang makanan dan pemilik warung yang tergabung di GrabKios juga turut terbantu. Sebab, mereka bisa mendapatkan bahan pangan, seperti sayur, buah, telur, ayam, dan produk lainnya, dengan kualitas bagus dan harga murah di TaniHub.
“Bersama GrabKios, kami telah mendistribusikan hasil panen petani kepada mitra GrabKios di empat kota, yaitu Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya,” jelas Pamitra Wineka.
Tahun ini, Grab kembali membuka program GVV untuk angkatan 3. Tema yang diangkat adalah “Memberdayakan Pengusaha Mikro”.
Ada dua jalur yang bisa digunakan startup untuk memberdayakan pengusaha mikro. Pertama, Restaurant Value Add Service. Jalur ini mendorong startup untuk menghadirkan aplikasi yang bisa membantu pelaku UMKM di bidang restoran agar bisa mengembangkan bisnis.
Kedua, B2B Logistic. Jalur kedua ini, Grab mendorong startup untuk menciptakan terobosan baru di bidang logistik dengan inovasi dalam warehousing dan trucking space.
Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi mengatakan, pemilihan tema tersebut didasari pada tantangan dan kesenjangan pelaku UMKM dalam menjalankan bisnis, terutama terkait logistik dan manajemen bisnis.
“Hal tersebut yang mendorong kami untuk memilih bidang logistik rantai pasokan dan pengelolaan bisnis menjadi fokus utama kami untuk GVV Angkatan 3 yang juga sejalan dengan upaya Pemerintah untuk membuat UKM lebih maju,” jelas Neneng.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki menyambut baik program dari Grab tersebut. “Melalui Grab Ventures Velocity, saya sangat menantikan hadirnya startups-startups potensial yang dapat memberikan solusi digital bagi UKM di bidang restoran untuk dapat menumbuhkan bisnisnya, mengurangi biaya, dan melancarkan operasionalnya,” ujar Teten Masduki di acara pembukaan program GVV Angkatan 3, Jakarta (03/03/2020).
Begitupun dengan Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate. Menurutnya, program GVV menjadi langkah tepat untuk membimbing talenta digital. “Kami berharap dapat mendorong ekonomi di Indonesia,” imbuhnya.
Untuk mendukung program GVV Angkatan 3, Grab juga menggandeng CoHive sebagai venue partner dan DailySocial sebagai preferred content partner. Kemitraan ini diharapkan semakin mendorong ekosistem startup dan mendukung pengembangan startup Indonesia.
Pendaftaran GVV Angkatan 3 sendiri sudah dibuka dari tanggal 3-31 Maret 2020. Program ini dapat diikuti oleh semua startup di Indonesia dan Asia Tenggara.
Nantinya, startup yang terpilih akan memperoleh bimbingan dari para ahli C-level. Mereka juga mendapatkan kesempatan mengetes proyek pilot di platform Grab serta mendapatkan akses ke basis pelanggan Grab yang luas.
Nah, bila Anda tertarik mengikuti program GVV, Anda bisa klik tautan ini.
Penulis | : | Nana Triana |
Editor | : | Sheila Respati |