Grid.ID – Tinggal di negeri yang terisolasi dari dunia luar seperti Korea Utara, membuat penduduknya merindukan indahnya kebebasan.
Sayangnya, demi merasakan kebebasan itu tak jarang penduduk Korea Utara harus menebusnya dengan nyawa.
Seperti yang dialami pembelot Korea Utara yang kini melarikan ke Amerika Serikat, Grace Jo.
Melansir CBS News, Grace Jo yang merupakan kelahiran Korea Utara harus kehilangan sebagian besar keluarganya akibat kelaparan.
Lama bungkam, wanita berkacamata ini akhirnya menguak kisah kelamnya ke hadapan publik bertepatan dengan pertemuan bersejarah antara Korea Utara dan Amerika Serikat yang digelar 12 Juni 2018.
Korea Utara, negara tempat ia dilahirkan mengguratkan trauma mendalam bagi Jo dan keluarganya, ia mengenang masa-masa sulit demi bertahan hidup di negara pimpinan dinasti Kim Jong Un tersebut.
Baca Juga: Jeans Hingga Pembalut Wanita, ini 10 Daftar Benda Penting yang Sulit Didapatkan di Korea Utara
"Saat itu saya duduk di pinggir jalan, bersama keluarga saya kami menjual ikan kering dan kami tidak makan nasi," kenangnya.
Ia masih ingat betul betapa kelaparan membawanya begitu dekat dengan maut, sedekat urat nadi di lehernya.
"Aku merasakan kelelahan yang teramat, lelah dan tidak ada tenaga sama sekali," ujarnya.
Seperti kebanyakan anak muda Korea Utara, Jo tumbuh dalam kelaparan.
Pertengahan 1990-an, kelaparan melanda Korea Utara dan menyebabkan jutaan orang tewas.
Baca Juga: 4 Negara yang Punya Larangan Paling Aneh, Warga Korea Utara Tak Boleh Mengenakan Jeans!
Jo mengaku hanya makan sekali dalam seminggu. Terkadang jika beras tak terbeli, Jo dan keluarganya menangkap bayi tikus di tanah.
Akibat kelaparan yang teramat, ayah Jo berusaha menyelinap ke Tiongkok, memohon bantuan kerabat jauh.
Namun saat kembali ke Korea Utara, ayahnya dibekuk otoritas Korea Utara dan dianiaya hingga tewas.
Baca Juga: Dikenal dengan Negara Seribu Aturan, ini 10 Cara Paling Jenius Untuk Kabur dari Korea Utara
Tak hanya ayahnya yang jadi korban kebiadaban rezim Korea Utara, Jo mengenang nenek dan adik laki-lakinya yang juga tewas karena kelaparan yang menahun diabaikan pemerintah.
"Setelah ayah tewas, nenekku meninggal karena kelaparan, kemudian dua adik laki-lakiku juga meninggal karena kelaparan," kenang Jo.
Saat hendak melarikan diri bersama ibu dan saudara perempuannya, Jo terpaksa menitipkan adik laki-lakinya yang berusia 5 tahun pada tetangga.
Ia berharap setelah melarikan diri ke Tiongkok, tetangganya dapat mengirimkan sang adik, tetapi terlambat, sebab adiknya juga tewas dalam kelaparan.
"Teman ibuku seharusnya mengawasi adik bungsuku namun mereka mengusirnya ke jalan."
Kehilangan keluarga akibat kelaparan tak hanya dialami Jo namun juga sebagian besar masyarakat Korea Utara saat itu, mungkin juga hari ini.
"Tak hanya keluarga saya yang tewas kelaparan, ada ratusan keluarga yang kehilangan anggota keluarga mereka sebab hal yang sama," tandas Jo.
Baca Juga: Pemilu di Korea Utara, Barangsiapa Tak Coblos Kim Jong Un Siap-siap Mati!
Beruntung Jo, saudara perempuannya dan sang ibu berhasil menyelamatkan diri.
Setibanya di Tiongkok, mereka mengajukan status pengungsi agar dapat berpindah ke AS dan bermukim di sana.
Jo dan keluarganya pun menjadi warga negara AS pada 2013.
"Hidup saya benar-benar berubah ketika saya datang ke Amerika Serikat," paparnya.
Kini, Jo dan keluarganya yang tersisa tak lagi merasakan kelaparan. Ia sehat, begitu pula ibu dan saudari perempuannya.
Jo yang dahulu tidak pernah mengemban pendidikan formal, kini bekerja sebagai pengacara sekaligus asisten dokter gigi.
"Kurasa ini yang yang disebut kebebasan untuk hidup, hal yang sangat dibutuhkan saya dan keluarga," tutup Jo. (Grid.ID/Aditya Prasanda)
Baca Juga: Punya Aturan Super Ketat, Begini 10 Cara Tak Biasa Warga Korea Utara Kabur dari Negaranya
Artikel ini telah tayang di Grid.ID dengan judul Kisah Pembelot Korea Utara, Melarikan Diri dan Makan Tikus Demi Bertahan Hidup
(*)
Kimberly Ryder Klarifikasi soal Lemari Plastik yang Jadi Omongan Netizen, Ada Sejarah Miris di Baliknya
Source | : | Grid.ID |
Penulis | : | None |
Editor | : | Puput Akad Ningtyas Pratiwi |