"Tak satupun lukisan boleh meninggalkan Inggris, Sembunyikan semua lukisan di gua dan gudang" seru Winston Churchill, perdana menteri Inggris di tahun 1940.
Grid.ID - Ratusan mahakarya koleksi Galeri Nasional Inggris terpaksa dievakuasi ke tempat aman menyusul serangan Nazi pada periode paling panas Perang Dunia Pertama.
Tak butuh waktu lama, pihak Galeri Nasional dengan sergap melaksanakan seruan Churchill dan memindahkan ratusan karya seni bernilai miliaran dollar itu ke sebuah bunker bawah tanah, tepatnya di daerah pertambangan di Manod, Wales Bagian Utara.
78 tahun berselang, Evakuasi ratusan karya seni ini tercatat sebagai salah satu sejarah penting bagi seni rupa Inggris.
Sebuah Pameran Mengungkap Kisah Anne Frank dan Sahabat Pena-nya di Amerika Serikat
Demi mengenangnya, sebuah pameran berjudul 'Manod: The Nation's Treasure Caves' diadakan awal Maret hingga 8 April lalu di Galeri Nasional Inggris.
Pameran itu menampilkan arsip foto sejarah relokasi ratusan lukisan hingga kondisi lukisan-lukisan tersebut hari ini.
Perampasan dan pemberangusan karya intelektual di masa perang: baik film, tulisan hingga berbagai produk seni rupa adalah hal yang akrab kita dengar pada berbagai tragedi berdarah di medan perang.
Dari ratusan karya intelektual Islam di zaman perang salib, ratusan karya 'setiap penduduk yang dicap komunis' pada tragedi berdarah 1965 di Indonesia, hingga berbagai karya seni di begitu banyak daerah konflik di penjuru dunia.
Ribut Soal Puisi Gus Mus: Mengungkap Asal Usul Pengeras Suara di Indonesia
Mengutip ungkapan populer penyair Jerman, Heinrich Heine, "Mereka yang membakar buku adalah mereka yang membakar kemanusiaan" demikian cara banyak penguasa di medan perang melegalisir kemenangan mereka atas daerah jarahannya.
Pantas Inggris menginstruksi semua galeri kenamaan yang mengarsipkan karya-karya penting untuk segera merelokasi aset negara itu ke tempat yang aman.
Kimberly Ryder Klarifikasi soal Lemari Plastik yang Jadi Omongan Netizen, Ada Sejarah Miris di Baliknya
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |