Agar tercipta interaksi antara siswa-siswa di sekolahnya dengan murid-murid di sekolah lain, Birdie memfasilitasi mereka untuk saling berkenalan melalui surat.
Metode belajar itu dikenang Janet Hasler, sekretaris Sekolah Menengah Danville yang terlibat dalam pameran, "Setiap tahun, Birdie akan memfasilitasi murid-muridnya agar memiliki sahabat pena di berbagai sekolah."
Alkisah suatu kali di tahun 1940, Birdie memperoleh nama-nama siswa Sekolah Montessori di Amsterdam.
Saat ia kembali, murid-muridnya di Danville diperkenankan memilih nama siswa yang akan menjadi sahabat pena masing-masing.
Dari sekian nama, Juanita Wagner memilih Anne Frank.
Sejak itulah korespondensi keduanya bermula.
"Kami telah lama mengetahui surat-surat Juanita dan Anne, dan korespondensi keduanya sangat bersejarah bagi Danville" sambung Janet Hesler.
Melalui surat itu, Anne Frank dan Juanita Wagner saling berkenalan meyoal latar belakang keduanya, kisah keseharian mereka dan keluarga masing-masing.
Lantas, bagaimana Juanita dan Anne yang berbeda benua dapat begitu lancar berkomunikasi?
Usut punya usut, sang ayah Otto Frank punya andil menerjemahkan bahasa Belanda yang ditulis Anne Frank ke dalam Bahasa Inggris-Amerika yang dikirimkan pada Juanita Wagner.
Setiap kali surat Juanita menghampiri keluarga Frank, Otto akan membacakan isi surat itu pada kedua anaknya, Anne dan Margot.
Viral, Pernikahan Ini Sajikan Menu Mie Instan untuk Undangan yang Datang padahal Tajir, Tamu: Kami Juga Bawa Bekal Sendiri
Source | : | BBC.com |
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |