Grid.ID - Saat penyebaran wabah virus corona yang mematikan terus berlanjut, ada satu hal tetap konstan terjadi: dua negara adikuasa yakni Beijing dan Washington tetap berperang.
Terpukul oleh pandemi, kedua negara secara efektif berada dalam keadaan darurat nasional, berupaya memutus hubungan perjalanan dan mengisolasi diri mereka dari virus corona.
Melansir South China Morning Post, alih-alih memimpin dunia dalam menghadapi ancaman kesehatan publik global yang telah menewaskan lebih dari 6.000 orang.
Keduanya malah terlibat dalam persaingan kekuatan besar dan bertekad untuk saling memandang melalui lensa teori konspirasi dan permusuhan.
Sejak virus Corona pecah di China akhir tahun lalu, kedua negara telah dengan jelas menyuarakan retorika satu sama lain.
Mereka memperdagangkan duri untuk segala hal mulai dari asal virus, dan apakah para ahli medis Amerika harus diizinkan mengunjungi Wuhan kepada siapa yang seharusnya disalahkan atas pandemi.
Ketidakpercayaan itu terbukti tak lama setelah penguncian kota Wuhan, China tengah, dilakukan pada 23 Januari.
AS adalah negara pertama yang mengevakuasi ratusan warganya dari kota dan Departemen Luar Negeri AS meningkatkan kewaspadaan bagi China ke tingkat tertinggi.
Jadi Tukang Besi di Kanada, Tengku Firmansyah Getol Kuliah Lagi di Usianya ke-47 Tahun dan Berhasil Lolos Entrance Exam: Alhamdulillah
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Intisari Online |