Grid.ID - Setiap perkembangan janin selalu menjadi pusat perhatian calon ibu.
Salah satunya gerakan tendangan yang dilakukan calon bayi.
Tapi tahukah kamu gerakan yang dilakukan bayi bisa menunjukkan indikasi sebuah penyakit?
Saat bayi jarang bergerak misalnya, bumil sebaiknya mewaspadai adanya gangguan penyakit cairan ketuban sedikit atau biasa disebut oligohidramnion.
Cairan amniotik atau cairan ketuban adalah salah satu perisai perlindungan paling penting karena mencegah bayi merasakan tekanan apa pun.
Kondisi cairan ketuban sedikit ini tentunya berbahaya bagi ibu hamil maupun janin.
(BACA : Simak 4 Langkah Simpel Tingkatkan Cairan Ketuban Sebelum Melahirkan)
Cairan ketuban yang sedikit dapat menyebabkan beberapa komplikasi.
# Di trimester awal I, dapat menyebabkan kompresi organ janin sehingga janin bisa lahir cacat, keguguran yakni saat janin meninggal dalam 20 minggu kehamilan, dan kelahiran prematur.
# Di trimester II, oligohidramnion dapat menyebabkan komplikasi berat seperti lahir prematur, pertumbuhan janin lambat, dan pembatasan pertumbuhan intrauterin.
# Saat mendekati kelahiran hingga masa persalinan, oligohidramnion dapat menyebabkan komplikasi seperti:
(BACA : Jangan Anggap Sepele, Bipolar pada Anak Ternyata Lebih Berbahaya dari Orang Dewasa)
- Posisi bayi sungsang karena tingkat cairan amniotik yang tidak mencukupi bisa membatasi gerakan bayi.
- Bayi merasa tertekan sehingga melepaskan meconium (tinja saat di rahim), hal ini bisa tercampur dengan ketuban dan dapat menyebabkan masalah pernapasan pada bayi.
- Kompresi tali pusat yang menyebabkan penurunan denyut jantung, akumulasi karbon dioksida dalam darah, dan kerusakan otak pada bayi.
Menurut March of Dimes, sekitar 4% wanita hamil didiagnosis dengan tingkat cairan ketuban rendah pada trimester terakhir.
(BACA : 3 Manfaat Gunakan Dot pada Bayi, Bisa Kurangi Risiko Kematian Mendadak loh!)
Tanda-tanda penyakit ini yang paling bisa dikenali tentunya ialah gerakan yang minim pada janin dalam kandungan.
Selebihnya tanda-tanda lain dapat diketahui saat ibu hamil memeriksakannya ke dokter karena berhubungan dengan kondisi langsung di dalam rahim.
Risiko-risiko ini dapat dikurangi jika tingkat cairan ketuban terus dipantau.
Oleh karena itu, kuncinya adalah dengan rutin berkonsultasi pada dokter. (*)
(Artikel ini pernah tayang di Nakita dengan judul : "Bayi Jarang Bergerak di Kandungan, Waspada Penyakit Kehamilan Ini")
Source | : | nakita |
Penulis | : | None |
Editor | : | Linda Fitria |