Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Tahukan kamu bahwa pada 20 Maret 2020, Badan Kesehatan Dunia, yaitu World Health Organization (WHO) mengganti istilah social distancing dengan physical distancing?
Awalnya, social distancing dicetuskan sebagai sebuah cara menekan penyebaran virus corona.
Alasan WHO mengganti frasa social distancing menjadi physical distancing untuk mengklarifikasi bahwa tetap ada perintah tinggal di rumah untuk mencegah penyebaran virus corona.
Meski demikian, tidak berarti bahwa seseorang memutus kontak dengan orang lain secara sosial.
Baca Juga: Kenapa Work From Home Membuat Waktu Bekerja Terasa Lebih Lama?
Penggunaan frasa physical distancing diharapkan dapat memperjelas himbauan WHO, yaitu menjaga jarak fisik untuk memastikan penyakit tidak menyebar.
Seperti apa pandangan para ahli mengenai makna dari istilah social distancing dan physical distancing?
Profesor Ilmu Politik dan Kebijakan Publik di Northeastern University Daniel Aldrich menyoroti makna social distancing.
Ia sempat melontarkan kurang sepakat dengan istilah itu.
Baca Juga: Gara-Gara Virus Corona, Eddies Adelia Batalkan 150 Tamu Undangan Pernikahannya
Kemudian, Aldrich mengusulkan kepada WHO untuk mengubahnya menjadi physical distancing.
Social distancing mengacu pada penciptaan ruang fisik antara satu dengan yang lain dan menghindari pertemuan besar.
Menurut Aldrich, penjelasan itu menyesatkan dan penggunaannya yang luas dapat menjadi kontraproduktif.
Dengan makna seperti di atas, lebih tepat digunakan istilah physical distancing.
Lebih lanjut, Aldrich mengatakan bahwa upaya yang dilakukan untuk memperlambat penyebaran virus corona harus mendorong penguatan ikatan sosial dengan tetap menjaga jarak fisik.
Dia mendengar orang-orang berhenti menghadiri acara yang dihadiri banyak orang, tetapi tidak menjaga koneksi sosial mereka dengan teknologi.
Aldrich juga prihatin terhadap para lansia yang tidak dapat menggunakan teknologi untuk mempertahankan ikatan sosial.
Padahal, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa komunitas yang bertahan dan dapat bangkit setelah bencana adalah mereka yang memiliki jejaring sosial kuat.
Sementara itu, Profesor Emeritus Perencanaan Kota dan Daerah di University of Illinois Robert Olshansky melihat paradoks dalam istilah social distancing.
"Paradoksnya adalah bahwa kita menjadi sangat kolaboratif dan sosial dengan saling setuju untuk tinggal sejauh enam kaki dari satu sama lain," katanya.
Olshansky, yang mempelajari bagaimana masyarakat pulih setelah bencana, berpendapat dalam istilah social distancing sangat jelas bahwa itu persoalan fisik bukan sosial.
Hal itu terlihat jelas di dunia maya dan media sosial, di mana orang-orang tidak sendirian.
Meskipun mereka terpisah secara fisik.
Olshansky setuju dengan Aldrich tentang pentingnya jejaring sosial dalam bertahan dan pulih dari bencana.
"Sejarah telah menunjukkan kepada kita bahwa komunitas kolaboratif dan saling mendukung adalah komunitas yang paling berhasil dalam pemulihan yang berkelanjutan dari bencana besar," kata Olshansky.
Lantas, bagaimana cara sederhana yang bisa kita lakukan untuk physical distancing?
Pada dasarnya, untuk melakukan physical distancing, ini sama dengan imbauan social distancing yang sudah diterapkan.
Artinya, jika tidak ada keperluan yang benar-benar penting seperti membeli bahan makanan, pekerjaan yang tidak bisa dilakukan dari rumah, atau memeriksakan kesehatan, masyarakat sebaiknya tinggal di rumah dan tidak berkumpul.
Teruitama meminimalisir berada di tempat umum.
Menghindari kontak dekat dengan orang lain diperlukan untuk menghindari tertular virus dan menghindari risiko orang yang terinfeksi menularkannya pada orang lain.
Baca Juga: Eddies Adelia Majukan Tanggal Pernikahan Akibat Wabah Corona
Cara menghindari kontak fisik dengan orang banyak salah satunya adalah menghindari pertemuan besar, seperti anak-anak yang diminta belajar di rumah dan bukan di kelas yang berisi banyak orang.
Physical distancing juga bisa diterapkan dengan mengurangi naik transportasi umum atau menjaga jarak aman sekitar 1 – 2 meter antara satu orang dengan orang lainnya di tempat umum.
Oleh karena itu, kamu bisa tetap beraktivitas di rumah untuk menjaga jarak fisik yang aman, sambil tetap menjaga hubungan sosial dengan keluarga dan teman-teman.
Misalnya menghubungi nenek dan kakek, saudara, atau teman menggunakan telepon.
Jangan lupa untuk diimbangi dengan menjaga kesehatan dan makanan bergizi di rumah.
(*)
3 Bulan Nunggak SPP, Siswa SD Duduk di Lantai Jadi Tontonan Teman Sekelas, Pagi sampai Siang Tak Boleh Duduk di Bangku
Source | : | Kompas.com,Bobo.grid.id |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Okki Margaretha |