Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Belum ada pil, vaksin, atau suplemen yang dapat menyembuhkan covid-19 hingga saat ini.
Penyakit yang disebabkan oleh virus corona ini telah menyebar ke seluruh dunia.
Menewaskan lebih dari 50 ribu orang, menginfeksi lebih dari 1 juta orang, hingga menyebabkan penutupan global.
Tapi itu tidak menghentikan konsumsi dan penjualan jus jeruk.
Hal ini karena sejumlah orang mengonsumsi lebih banyak vitamin C dalam diet keseharian mereka.
Wabah ini juga tidak menghentikan bisnis suplemen dan vitamin.
Inilah yang perlu diketahui bagaimana tentang dosis vitamin yang justru berpotensi mematikan.
Dilansir Grid.ID dari Insider, Google Trends menunjukkan bahwa minat terhadap corona dan vitamin C mencapai puncaknya pada akhir Maret, ketika ratusan ribu orang yang putus asa mencari solusi.
Penjualan vitamin C meningkat 146 persen di Amerika ketika orang mulai menimbun, sementara Asia dan Singapura mengantisipasi kekurangan vitamin.
Baca Juga: Sebenarnya Bisakah Konsumsi Vitamin C Mencegah Corona? Begini Penjelasan Ahli
Vitamin C tidak mengurangi risiko pilek, tetapi mungkin membuatnya lebih ringan.
Vitamin C adalah salah satu suplemen vitamin paling populer di AS.
Hubungan antara vitamin C dan kemampuan untuk menangkis penyakit dibuat oleh ahli kimia pemenang hadiah Nobel bernama Linus Pauling, yang menulis buku berjudul vitamin C dan Common Cold, merekomendasikan 3 ribu miligram vitamin C setiap hari.
Buku itu adalah buku terlaris, hingga diterbitkan kembali pada tahun 1973 dengan janji untuk menangkal epidemi flu babi.
Banyak penelitian menunjukkan klaim Pauling tidak akurat.
Pada saat Pauling mengklaim vitamin C dapat menyembuhkan kanker, ia telah kehilangan semua kredibilitas di komunitas ilmiah.
Baca Juga: Bukan Jeruk, Inilah 6 Buah yang Miliki Kandungan Vitamin C Terbanyak, Ada Favoritmu?
Namun keyakinan bahwa vitamin C dapat melawan flu tetap bertahan.
Hingga pada 2013, menurut jajak pendapat Gallup, setengah dari semua orang Amerika mengonsumsi vitamin secara teratur.
Sistem kekebalan tubuh terlalu kompleks untuk 'didorong' oleh satu vitamin saja.
Ketika covid-10 melanda Amerika Serikat, influencer kesehatan mulai mempromosikan vitamin kepada audiens mereka sebagai "penguat" sistem kekebalan tubuh.
Seperti yang dilaporkan oleh Insider sebelumnya, seorang praktisi perawat dan YouTuber mengatakan bahwa kliniknya akan memberi suntikan vitamin D3 dosis tinggi dan infus vitamin C.
"Tidak ada yang namanya penguat umum," kata peneliti nutrisi Kamal Patel, dari database nutrisi independen Examine.com.
Baca Juga: Mengandung Vitamin C, Buah Nangka Bisa Melawan Kanker Dalam Tubuh
Patel membandingkan sistem kekebalan tubuh dengan sistem peringatan rudal, yang didedikasikan untuk mencegah segala sesuatu yang berbahaya.
Jika sistem kekebalan terlalu peka, reaksi autoimun akan terjadi.
Jika kurang sensitif, orang mungkin lebih rentan terhadap infeksi.
Baca Juga: 5 Serum Vitamin C yang Bisa Bikin Wajah Glowing di Bawah Rp 100 Ribu
"Sistem kekebalan adalah salah satu hal yang paling rumit dan disetel dengan halus. Jadi, sayangnya, kamu tidak dapat menggunakan ‘penguat’ spektrum luas untuk membuat semuanya bekerja lebih baik secara keseluruhan," jelas Patel.
(*)
Tangis Nunung Pecah saat Singgung Soal Kariernya di Dunia Hiburan, Sebut Perannya Kini Sudah Tergantikan
Source | : | insider |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Deshinta N |