Laporan Wartawan Grid.ID, Arif Budhi Suryanto
Grid.ID - Seperti yang kita tahu, Malaysia telah menerapkan lockdown sejak 18 Maret 2020 lalu.
Sejumlah saudara se-Tanah Air kita yang bekerja sebagai TKI di sana pun terkena imbasnya.
Seperti yang diceritakan Mujianto, buruh migran di sebuah pertambangan baru di Sarawak, Malaysia.
Pria asal Blitar, Jawa Timur, ini bercerita, sejak pemberlakuan lockdown banyak migran, khususnya yang ilegal, mengalami masa-masa sulit.
Mereka harus bertahan hidup di tengah kondisi ekonomi yang sempit karena perusahaan sudah tidak memberikan gaji secara penuh.
Pasalnya, rata-rata para pekerja migran ilegal bekerja di sektor informal yang gajinya dihitung secara harian.
Seperti misalnya, sopir truk hingga tukang potong buah.
Alhasil, mereka pun harus putar otak agar bisa menutupi kebutuhan makan setiap hari.
Salah satunya adalah dengan makan tikus bakar.
Melansir dari Kompas.com, Mujianto pun menunjukkan foto tikus yang sedang dibakar sebagai bukti dia tidak mengada-ada.
Foto itu diperoleh Mujianto dari rekannya yang merupakan buruh ilegal asal Flores, NTT.
"Sampai ada yang seperti ini, Mas, keadaan teman di Sawarak untuk mengurangi biaya belanja," terang Mujianto.
Mujianto mengungkapkan, akibat kebijakan lockdown tersebut, suasana di Sarawak saat ini sepi.
Ia mengatakan, otoritas setempat juga memberlakukan kebijakan di mana warga hanya memperbolehkan belanja berlangsung pada pukul 07.00 sampai 09.00 waktu setempat dan sore pukul 17.00 sampai jam 19.00 waktu setempat.
"Jadi jalan menuju pasar atau permukiman selalu dijaga polisi dan tentara. Jadi kalau tidak ada kepentingan yang mendesak tidak diperbolehkan keluar," katanya.
Mujianto juga mengungkapkan, hingga kini masih belum ada tanda-tanda bantuan yang diberikan perwakilan RI di Malaysia, baik yang berstatus migran resmi ataupun ilegal.
Namun dirinya mengaku tak bisa tinggal diam.
Bersama dengan rekan-rekannya yang berasal dari Tanah Air, Mujiono turut membant nasib sesama.
20 Orang TKI Kabur
Sebagai tambahan informasi, 20 orang TKI dari Malaysia dibakarkan kabur dan berhasil masuk ke Sumatra Utara melalui pelabuhan tikus di Jalan Masjid Keramat Kubah, Kelurahan Keramat Kubah Kecamatan Sei Tualang Raso, Kota Tanjungbalai.
Ke-20 orang TKI ini baru tiba di pelabuhan tikus tersebut pada Selasa (07/04/2020) sekitar pukul 17.00 WIB.
Tim Gugus Tugas Covid-19 Tanjungbalai yang menerima laporan ini langsung menggiring mereka ke tempat karantina sementara di GOR Mini, Kecamatan Sei Tualang Raso.
"Setelah dilakukan pengecekan kesehatan dan suhu tubuh, maka kami, Gugus Tugas Tanjungbalai akan berkoordinasi dengan pemkab maupun pemko, asal domisili TKI ilegal," kata Ketua Gugus Tugas Covid-19 Tanjungbalai, M Syahrial, seperti yang dikutip Grid.ID dari TribunMedan.com.
Diketahui 20 orang TKI ilegal ini terdiri atas 18 orang pria dan dua orang wanita.
Di mana 14 orang di antaranya merupakan warga Asahan, 2 orang dari Simalungun, serta sisanya masing-masing satu orang berasal dari Tanjungbalai, Jakarta, Madiun dan Lumajang.
Baca Juga: Jelang Malaysia Lockdown Demi Lawan Virus Corona, Masyarakat Negeri Jiran Alami Panic Buying
Selain memeriksa kesehatan, petugas menurunkan anjing pelacak untuk memastikan bahwa barang bawaan para TKI ilegal.
Hasilnya tidak ada satu pun terdapat benda berbahaya dari tas ke-20 TKI ilegal tersebut.
Selain itu, hasil pemeriksaan ang dilakukan oleh tim kesehatan, para TKI ilegal itu dinyatakan dalam kondisi sehat dan terdeteksi memiliki suhu normal.
"Jika nantinya sudah dipulangkan, kami imbau untuk melakukan isolasi mandiri demi memutus mata rantai penyebaran covid-19," ujar Syahrial.
(*)
5 Arti Mimpi Memelihara Kucing Oren di Rumah, Ternyata Jadi Pertanda Bakal Ada Kesempatan Baru yang Datang? Simak Penjelasannya
Source | : | Kompas.com,Tribun Medan |
Penulis | : | Arif Budhi Suryanto |
Editor | : | Deshinta Nindya A |