Grid.ID - Sebagai negara besar dan berambisi menyaingi Amerika Serikat di segala sektor, kepemilikan kapal induk bagi China adalah sebuah keharusan.
Hal ini sejurus dengan cita-cita People Liberation Army Navy (PLAN/AL China) mewujudkan Blue Water Navy, sebagai kekuatan Agressor.
Mau tak mau negeri Tirai Bambu harus segera memiliki kapal induk untuk menyaingi kekuatan raksasa US Navy Amerika.
Tapi apa lacur, para insinyur negara itu belum punya kepakaran membuat sebuah kapal induk.
Maka pada tahun 1998 dimulailah usaha PLAN untuk bagaimana caranya memiliki sekaligus mempunyai teknologi membuat kapal induk.
PLAN kemudian tahu bahwa pada tahun 1992, Uni Soviet melalui galangan kapal mereka Nikolayev South Shipyard membuat sebuah kapal induk yang dinamai Varyag.
Namun program Varyag segera dihentikan karena kekurangan dana serta bubarnya Uni Soviet.
Kemudian otoritas dan kepengurusan selanjutnya Varyag diberikan kepada Ukraina.
Padahal saat itu Varyag sudah 70 persen selesai pengerjaannya tapi karena programnya dihentikan maka kapal induk itu tak ubahnya hanya besi rongsok terapung dimakan karat tanpa kepemilikan.
Ukraina lantas berusaha menjual Varyag tapi siapapun yang akan membeli tidak boleh membuat kapal induk itu operasional dan digunakan secara militer.
Gagal Move On dan Tak Terima sang Mantan Pacar Sudah Punya Kekasih Baru, Pria Ini Culik sang Wanita tapi Keciduk Polisi, Begini Akhirnya
Source | : | youtube,scmp,globalsecurity |
Penulis | : | Seto Ajinugroho |
Editor | : | Seto Ajinugroho |