Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Ketika seluruh dunia panik karena wabah virus corona, orang yang terinfeksi atau terpapar pun sedang dikarantina dalam upaya untuk melindungi kesehatan masyarakat lainnya.
Sementara orang lain bekerja dari rumah atau work from home (WFH) ketika mereka biasanya berpergian.
Ada pula yang berlatih menjaga jarak atau physical distancing untuk menghindari tertular virus.
Nah, praktik-praktik tersebut mungkin dapat menyelamatkan hidup, tetapi mungkin juga mendatangkan efek fisik dan mental yang tidak nyaman.
Inilah yang terjadi pada tubuh dan otak ketika kamu dikarantina.
Lalu, bagaimana mengatasinya?
Baca Juga: Penting! Ibu Wajib Tahu Gejala Gangguan Kesehatan Mental pada Anak, Jangan Anggap Remeh
Kamu mungkin akan berada dalam keadaan tidak menyenangkan setelah periode isolasi sosial, karena sejatinya manusia berkembang dan bertahan hidup, dalam interaksi sosial.
Dilansir Grid.ID dari Business Insider, faktanya, orang yang memiliki hubungan sosial yang lebih lemah 50 persen lebih besar meninggal selama periode tertentu, daripada mereka yang memiliki koneksi yang lebih kuat, menurut meta-analisis 2015 termasuk lebih dari 308.000 orang.
Dengan kata lain, kesepian tampaknya sama mematikannya dengan merokok 15 batang sehari.
Kimberly Ryder Klarifikasi soal Lemari Plastik yang Jadi Omongan Netizen, Ada Sejarah Miris di Baliknya
Source | : | bussiness insider |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Deshinta N |