Usai melakukan perjalanan selama 25 hari tanpa internet mereka pun terkejut saat menghidupkan ponselnya.
"Aku ingat Ryan membacakan berita dan kami terkejut. Sulit untuk memahami tingkat (penyebaran virus corona) pada awalnya," tutur Elena.
Elena sendiri berasal dari Lombardy, Italia yang mana daerah tersebut merupakan daerah yang paling parah terkena dampak corona.
"Itu terjadi sekitar 3 hari yang lalu (setelah kami tiba).
Ketika Ryan membaca artikel 10 hari yang sebelumnya yang mengatakan bahwa kota asalku (Bergamo) adalah yang paling parah di dunia.
Aku sama sekali tidak tahu dan aku menelepon ayahku," sambungnya.
Elena pun mengaku sangat terkejut saat melihat foto-foto truk militer di depan kuburan lantaran kehabisan peti mati.
Elena dan Ryan memang pasangan yang suka berpetualang, mereka mulai mengarungi lautan sejak tahun 2017.
Saat melakukan perjalanan panjangnya, satu-satunya alat komunikasi adalah perangkat satelit yang hanya mampu menerima 160 pesan karakter saja.
Oleh karena itu mereka berpesan kepada keluarga untuk menghubunginya hanya saat ada berita buruk saja.
3 Shio yang Hobinya Makan Telur, Setiap Makanan Berbahan Telur Auto Disikat Habis-habisan
Source | : | theguardian.com |
Penulis | : | Widy Hastuti Chasanah |
Editor | : | Nurul Nareswari |