Grid.ID - Publik kembali berduka dengan kabar meninggalnya penyanyi campursari Didi Kempot.
Melansir Kompas.com, Didi Kempot tutup usia pada Selasa (5/5/2020) pagi sekitar pukul 07.30 WIB.
Sebelum meninggal dunia, Didi Kempot terlihat segar bugar dan diketahui tak memiliki penyakit berat.
Kakak dari mendiang Didi Kempot Lilik menuturkan, adiknya sempat mengeluh tidak enak badan pada Senin (4/5/2020) malam.
"Bilang, kok panas, nunggu di hotel dulu. Setelah satu jam, pulang, ke dokter dulu," kata Lilik dalam wawancara di Kompas TV.
Didi Kempot pun sempat pergi ke rumah sakit.
"Tadi malam di Rumah Sakit Kasih Ibu di Solo," lanjutnya.
Dikutip dari TribunSolo.com, WaliKota Solo ,FX Hadi Rudyatmo mengatakan, Didi Kempot meninggal dunia karena penyakit jantung.
FX Hadi Rudyatmo mengungkapkan, jenazah Didi Kempot akan dibawa ke rumah duka sebelum dimakamkan di Ngawi, Jawa Timur.
Kepergian sang maestro campursari tentu saja menjadi duka mendalam bagi para penggemarnya.
Bagaimana tidak, selama puluhan tahun Didi Kempot berhasil melahirkan karya-karya legendaris.
Sebut saja lagu 'Sewu Kutho', 'Stasiun Balapan', 'Cidro', 'Layang Kangen', 'Tanjung Mas Ninggal Janji', hingga 'Ambyar' begitu disukai pecinta musik Tanah Air.
Bahkan, nama Didi Kempot begitu tenar di negara Suriname dan Belanda.
Beberapa kali, pemilik nama asli Dionisius Prasetyo itu memenangkan anugerah musik nasional di Suriname.
Lagu 'Cidro' menjadi awal kepopulerannya di negara bagian Amerika Selatan bekas jajahan Belanda itu.
"Saya nyanyi ada satu lagu Jawa judulnya 'Cidro', di Indonesia kurang terkenal,"
"Ternyata ada turis Suriname di Indonesia, domisili di Belanda, lagu itu lalu diputar di radio Amsterdam, lagunya digemari sekali," ujarnya.
Baca Juga: Intip Rumah Keluarga Didi Kempot di Ngawi, Terlihat Unik Bangunan Khas Pedesaan Jawa
Belasan kali penyanyi kelahiran 31 Desember 1966 itu bolak-balik ke Suriname untuk manggung.
Sebab, komunitas Jawa di Suriname mencapai 15% dari total populasi.
Melansir artikel Hai.Grid.ID, suku Jawa sudah berada di Suriname sejak akhir abad ke-19.
Angkatan pertamanya dibawa oleh kolonis Belanda dari Hindia Belanda (sekarang Indonesia) sehingga dinamakan etnis Jawa-Suriname.
Jauh dari rumah bukan halangan bagi mereka untuk mencintai tanah leluhur.
Memori terakhir yang dibawa ke Benua Biru terus diwariskan ke anak cucu, salah satunya bahasa.
Sebagian keturunan mereka ada yang tinggal di Belanda dan sampai sekarang masih menggunakan bahasa Jawa.
Selain bahasa, ada beberapa hal yang terus dilestarikan diaspora Jawa di Suriname.
Sama-sama pernah dijajah Belanda, Suriname juga menyerap banyak kultur Negeri Tulip dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satunya adalah budaya joget sikep.
Sekilas dari bahasanya, budaya ini terkesan seperti sebuah tarian khas Jawa.
Ternyata, joget sikep adalah budaya dansa asal Belanda yang dalam bahasa aslinya disebut tegeldans.
Nah, masyarakat Suriname keturunan Jawa juga kerap menggelar tegeldans dalam acara-acara tertentu.
Menariknya, saat berdansa, masyarakat Jawa Suriname tak menggunakan lagu-lagu Barat, tetapi lebih suka menggunakan lagu-lagu pop berbahasa Jawa dan Indonesia.
Tak heran jadinya kalau lagu-lagu pop bahasa Jawa karya Didi Kempot dengan mudah ditemukan di Suriname.
Kembali mengutip dari Kompas.com, sebelum berada di puncak popularitas, Didi Kempot memulai kariernya sebagai musisi jalanan di Kota Solo sejak tahun 1984 hingga 1986.
Ia kemudian mengadu nasib ke Jakarta pada tahun 1987 hingga 1989.
Nama 'Kempot' yang tersemat di nama Didi Kempot ternyata berkaitan dengan asal-usul perjalanan musiknya.
Melansir TribunPekanbaru, nama panggung Didi Kempot merupakan singkatan dari Kelompok Pengamen Trotoar, grup musik asal Solo yang membawa ia hijrah ke Jakarta.
"Sebelum saya masuk ke dunia rekaman, saya sempat jadi penyanyi jalanan alias Kempot, Kelompok Penyanyi Trotoar," tutur Didi dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (10/3/2020) lalu.
(*)
5 Arti Mimpi Makan Bunga Kantil Pertanda Baik, Tenang Saja, Simak Penjelasannya
Source | : | Kompas.com,Tribunpekanbaru,TribunSolo.com,Hai.grid.com |
Penulis | : | Asri Sulistyowati |
Editor | : | Asri Sulistyowati |