Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Seorang pasien positif Covid-19 sempat hilang tiga hari setelah hasil swabnya keluar.
Pasien berinisial E (42) itu dinyatakan positif Covid-19, namun menolak berobat ke rumah sakit.
Setelah dinyatakan positif, pasien justru menghilang.
Ia tidak ada di rumahnya ketika hendak dijemput petugas.
Baca Juga: Hikmah Pandemi, Andre Taulany Akhirnya Bisa Nikmati Momen Buka Puasa dan Sahur di Rumah
Petugas medis pun sampai kebingungan untuk mencari pasien tersebut.
Belakangan pasien berhasil ditemukan berada di rumah dukun yang berlokasi di Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Ia rupanya memilih untuk berobat ke dukun.
Perempuan asal Desa Balekambang, Kecamatan Jonggol itu menolak menjalani perawatan di rumah sakit.
"Terkait posisi satu pasien positif yang kabur ke dukun itu alhamdulillah sudah kita ambil kembali untuk diisolasi sambil diberi pemahaman," ucap Bupati Bogor Ade Yasin melalui keterangan video kepada Kompas.com, Kamis (14/5/2020).
Ade yang juga sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Bogor menilai bahwa isolasi dan reedukasi sangat penting.
Sebab, masyarakat yang ada di wilayah ujung paling timur di Kabupaten Bogor itu kebanyakan belum paham bahaya virus corona bagi lingkungannya.
"Ini penyebabnya belum paham bahayanya Covid-19 dan tidak teredukasi dengan baik karena kan terjadi di wilayah yang memang paling jauh dan paling timur (pelosok) Kabupaten Bogor," bebernya.
Ade mengaku sangat menyayangkan sikap warganya yang selama ini tidak mematuhi anjuran menjaga kesehatan.
Baca Juga: Rizky Febian Buat Just A Kid Challange: Mama Pasti Bahagia di Sana
Sebelum hilang, pasien tersebut sempat menjalani perawatan di rumah sakit.
Mulanya ia memiliki penyakit seperti tuberkulosis (TBC) dan telah menjalani perawatan di rumah sakit swasta.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Tim Gugus Tugas Covid-19 Puskesmas Sukamakmur Teguh Yudiana.
"Awalnya dia ke rumah sakit untuk berobat karena sakit TBC. Karena selama dirawat tidak ada perbaikan yang signifikan, ditambah lagi ekonominya, akhirnya dia ke dukun," jelas Teguh, seperti dilansir dari Kompas.
Teguh menjelaskan, tim medis menyadari bahwa pasien mengalami gejala virus corona seperti sesak napas dan demam.
Lebih lanjut, pasien tersebut diperiksa dengan rapid test dan hasilnya reaktif.
Ia kemudian dibawa ke lab untuk dilakukan pemeriksaan swab menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) di rumah sakit itu.
Setelahnya, pasien memilih pulang ke rumahnya seraya menunggu hasil swab keluar.
"Dia memaksa pulang karena suami dan ketemu sama anaknya juga," ujar Teguh.
Beberapa hari setelahnya, hasil swab yang keluar menyatakan pasien positif virus corona.
Petugas kesehatan lantas meminta pasien tersebut untuk segera diisolasi di RSUD Cileungsi.
Meski demikian, pihak keluarga menolak.
"Pihak RS dan puskesmas koordinasi untuk jemput lagi pasien ini. Ditelepon juga sudah, tapi dia menolak untuk dirawat atau isolasi kembali," aku Teguh.
Teguh menilai, karena pasien berisiko menularkan virus, pihak rumah sakit berkoordinasi dengan puskesmas untuk melakukan penjemputan paksa.
Ketika didatangi petugas, ibu tersebut dan keluarganya sudah tidak ada di kediamannya di Kecamatan Jonggol.
"Jumat sore sudah tidak ada di rumahnya saat mau dijemput. Akhirnya kita cari mulai Jumat sore sampai Minggu itu enggak ketemu, kan bahaya dia positif," kata Teguh.
Setelah dilacak, tim mendapat informasi bahwa pasien tersebut sedang mencari dukun untuk berobat.
Pihak rumah sakit sempat dibuat pusing karena selama tiga hari pencarian, pasien tersebut tak kunjung ditemukan.
"Nah pas hari Senin itu jam 12.00 dapat kabar bahwa pasien ini berobat ke dukun. Memang di Sukamakmur ada dukun yang tenar bisa mengobati segala macam penyakit katanya. Kecurigaan kita benar, ternyata pasien ada di sana setelah kita cek nama dia," kata Teguh.
Menurut Teguh, tim akhirnya berhasil menemukan pasien yang sedang bersama suami dan anaknya di rumah seorang dukun.
Sebanyak delapan petugas medis mengenakan pakaian alat pelindung diri (APD) langsung menjemput pasien di rumah dukun tersebut.
Pasien bersama suami dan anaknya kemudian dibawa dengan menggunakan mobil ambulans ke RSUD Cileungsi.
Keluarga dan dukun menjadi ODP
Tim Gugus Tugas juga memeriksa kondisi para pasien yang berobat ke dukun.
Begitu juga dengan lingkungan sekitar dan ruang pemeriksaan kamar pasien. "Pas kita ke sana, ternyata mereka kaget dan pengakuannya sudah 2 hari di sana, berbaur dengan warga yang sedang berobat ke dukun, ada sekitar 10 orang. Jadi dukun ini juga menerima rawat inap di sana," kata Teguh.
Sejauh ini, ada 11 orang yang berstatus orang dalam pemantauan (ODP) setelah melakukan kontak dengan pasien.
"Kita sudah tracing pendataan disinfektan, pembagian masker. Nanti rencana kita mau tes kepada 10 orang termasuk dukun itu, kemudian isolasi mandiri itu yang penting," kata Teguh.
(*)
Nyesek, Abidzar Ternyata Sempat Jedotin Kepalanya ke Tembok Usai Tahu Uje Meninggal, Umi Pipik: Dia Nyalahin Dirinya
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Winda Lola Pramuditta |