Laporan Wartawan Grid.ID, Arif Budhi Suryanto
Grid.ID - Pandemi covid-19 yang tak kunjung usai telah memporakporandakan perekonomian nasional.
Banyak sektor usaha yang merugi sehingga harus merumahkan atau melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawannya.
Salah satunya adalah tempat seorang sopir bus pariwisata bernama Maulana Arif Budi Satrio (38) bekerja.
Bisnis penyewaan bus pariwisata yang berada di Cibubur, Jakarta Timur, itu mulai terkena dampak akibat pandemi Covid-19.
Awalnya, hanya beberapa kru bus yang mengalami PHK, hingga pada akhirnya semua juga mengalami PHK, termasuk Rio, sapaannya.
"Saya menerima berita di-PHK dari kantor 8 Mei 2020," kata Rio, seperti yang dikutip Grid.ID dari Kompas.com.
Baca Juga: Jomblo saat Karantina Diri, Robert Pattinson Makan Seperti Binatang Buas
Sejak saat itu, Rio terpaksa bertahan hidup dengan ketidakpastian di Ibu Kota dengan keterbatasan uang.
Hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke rumahnya di Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Solo, dengan banyak pertimbangan.
Sebab, jika ia terus bertahan di Jakarta maka ia akan tetap harus membayar uang sewa kontrakan dan segala kebutuhan sehari-hari.
Padahal, sejak dirinya terkena PHK, Rio sudah tidak memiliki pekerjaan sebagai sumber pemasukan.
Jalan Kaki
Dengan tekad bulat, sopir bus pariwisata itu akhirnya nekat pulang ke kampung halamannya di Solo meski sudah tahu ada larangan mudik oleh pemerintah.
Awalnya, Rio berniat untuk pulang menggunakan kendaraan umum.
Namun setelah tahu tarifnya sangat mahal, ia kemudian beralih opsi.
"Saya mencoba naik angkutan umum, tapi sangat mahal, Rp 500 ribu tarifnya. Terus yang datang bukan bus tapi Elf, dan penumpangnya melebihi kapasitas," terangnya.
"Akhirnya saya minta uangnya. Paginya saya berangkat lagi pinjam kendaraan pribadi. Sampai di Cikarang harus balik, harus ribut dulu sama petugas. Saya tetap mengotot untuk pulang karena di-PHK tidak ada pendapatan, terus mau ke mana?" sambungnya.
Rio pun berpikir, satu-satunya jalan agar dirinya tetap bisa pulang adalah dengan berjalan kaki.
Pada Senin (11/05/2020) pagi usai salat subuh, dirinya pun mulai berangkat dari Cibubur ke Solo dengan berjalan kaki.
Rio pun mengaku banyak rintangan saat dalam perjalanan, salah satunya adalah medan yang terlalu berat.
"Udaranya sangat panas. Sampai gosong semua kulit saya karena panas," ungkap Rio.
Apalagi selagi dalam perjalanan pulang ke kampung halamannya, ia tetap menjalankan puasa seperti biasa.
Namun beruntung, saat memasuki Gringsing, Kabupaten Batang, Rio mendapatkan bantuan dari kawan-kawan komunitas Peparindo (Pengemudi Pariwisata Indonesia).
"Sampai Gringsing Kamis sore. Saya dijemput dari teman-teman Peparindo, diantar pulang ke Solo. Saya tiba di Solo hari Jumat pukul 08.00 WIB," ungkapnya.
Jalani Karantina
Sesuai dengan imbauan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmoko, Rio pun menjalani karantina setibanya di Solo.
Melansir dari Tribun Solo, ia mengaku nyaman saat menjalani masa karantina di Graha Wisata Solo selama 14 hari.
"Awalnya sempat takut juga karena embel-embel nama karantina. Tapi ternyata malah di sini nyaman dan penuh rasa kekeluargaan," tutur Rio.
"Kami di sini benar-benar dihargai, makan enak dan ada hiburan juga," pungkas Rio.
(*)
Source | : | Kompas.com,TribunSolo |
Penulis | : | Arif Budhi Suryanto |
Editor | : | Deshinta Nindya A |