Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Sejak jam 7 pagi, ratusan anak keluar rumah untuk mengantri sepiring bubur.
Dengan masker yang menutupi wajah mereka, anak-anak menunggu Samantha Murozoki untuk mulai membagikan makanan ke dalam bak plastik, piring, gelas timah, atau bahkan kotak kardus yang robek.
Antrian yang berliku adalah tanda keputusasaan yang mencengkeram kota padat penduduk Chitungwiza, di pinggiran Harare, sejak Zimbabwe memberlakukan lockdown untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Antrian telah menjadi pemandangan umum di Seke Unit A, di mana Murozoki menyiapkan bubur di pagi hari untuk anak-anak dan makan malam untuk keluarga yang lapar.
Dilansir Grid.ID dari The Guardian, dengan kompor darurat, beberapa panci besar, dan beberapa peralatan memasak, ibu dua anak ini telah mendapatkan rasa hormat dari ribuan orang yang melewati dapurnya setiap hari dan sedang mengumpulkan sukarelawan yang membantunya melayani dan mencuci peralatan.
“Saya mulai dengan paket beras 2 kg dan 500 g kacang. Jumlah orang yang membutuhkan makanan meningkat dua kali lipat sejak itu. Itu bukan sesuatu yang saya kira," kata Murozoki kepada Guardian.
Ketika persediaan makanan mulai menipis, dia menjual beberapa barang pribadinya untuk mendapatkan lebih banyak.
"Ketika uang saya habis, saya mulai menukar persediaan makanan dengan celana jins dan sepatu saya," katanya.
Source | : | The Guardian |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Okki Margaretha |