Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Kasus lelang keperawanan Sarah Keihl berbuntut panjang.
Selebgram sekaligus pengusaha Sarah Keihl menghebohkan publik dengan candaannya untuk melelang keperawanan demi membantu korban corona.
Dalam klarifikasinya, Sarah menyebut lelang keperawanan adalah sarkasme untuk menyindir orang-orang pelanggar aturan Covid-19.
Topik ini sempat viral dan ramai di media sosial, bahkan menjadi trending topic di Twitter pada Kamis (21/5/2020).
Sarah Keihl #lelang #keperawanan 2 Milyar
Konten > klarifikasi > minta maaf > repeat > goblog.From this To this pic.twitter.com/1p8b2M9Yy5
— pio (@whynv_) May 20, 2020
Namun, tindakan Sarah ini dianggap sebagai cara dirinya untuk mendapatkan status viral atau populer.
Pendapat ini dikemukakan oleh pakar gender dan media Dra. Sri Kusumo Habsari, M.Hum.,Ph.D.
Habsari yang merupakan Dosen Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, menyebut status Sarah sebagai influencer atau pegiat media sosial menjadi alasan utamanya untuk membuat sensasi lelang keperawanan.
Menurut Habsari, Sarah menyadari bahwa citra negatif di mata masyarakat Indonesia tak akan melekat lama.
Masyarakat Indonesia akan mudah lupa mengenai sensasi yang dibuat Sarah, sehingga nantinya martabat atau kehormatan yang tercoreng seolah bukan menjadi masalah.
"Sebagai seorang yang sangat akrab dengan media sosial, dia tahu kalau masyarakat Indonesia mengidap amnesia dalam hal pemberitaan," ujar Habsari, Kamis (21/5/2020).
"Seseorang tidak perlu menjaga martabat maupun kehormatannya karena masyarakat mudah mengutuk dan kemudian berubah menjadi memuja," sambungnya.
Kasus Sarah Keihl ini bahkan sudah dibahas beberapa media asing.
Beberapa media asing menyebut:
"Influencer slammed for 'auctioning virginity' to raise awareness of coronavirus".
"Glamorous influencer who said she wanted to auction off her VIRGINITY 'to raise funds for COVID-19' is forced to apologise after being slammed for the 'desperate' appeal".
"Covid-19: Female Influencer Auctions Her Virginity For RM591k".
"Indonesian influencer apologizes for trying to auction her virginity for COVID-19 relief".
Dari kacamata seorang feminis, melelang keperawanan adalah hak seorang wanita.
Namun, lelang keperawanan yang Sarah klaim sebagai candaan ini sudah melanggar norma sosial di masyarakat.
Sedangkan sebuah candaan tak pantas untuk disebut sebagai candaan jika sudah melanggar norma.
"Bagi seorang feminis, meskipun melelang keperawanan adalah hak dia, tetapi secara nilai budaya melanggar norma masyarakat," paparnya.
Baca Juga: Gempar! Selebgram Sarah Keihl Lelang Keperawanan untuk Donasi Penanganan Covid-19
Candaan Sarah ini jelas tidak sejalan dengan prinsip kaum feminis.
"Pernyataan dia tidak akan mendapat respek dari kaum feminis karena tujuan kaum feminis adalah memberdayakan perempuan," kata Habsari.
"Sehingga memiliki kesetaraan akses terhadap ekonomi, sosial dan politik yang mensejahterakan," imbuhnya.
Dosen lulusan Flinders University Australia ini menyebut masyarakat Indonesia adalah masyarakat komunal dan norma sosial masih ditegakan.
Sehingga wajar jika banyak tanggapan negatif terhadap tindakan Sarah, meskipun nantinya anggapan negatif tak melekat lama pada diri Sarah.
"Karena sifat masyarakat pasca modern adalah amnesia terhadap pemberitaan, maka banyak individu yang bermain-main dengan hal-hal yang melanggar normal sosial untuk mencari viral," pungkasnya.
(*)
Source | : | Kompas.com,Tribunnews |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Nesiana Yuko Argina |