Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Mengaku saja, siapa diantara kamu yang hobi belanja online?
Apalagi saat karantina ini, intensitas belanja online-mu malah meningkat, bukan?
Kamu tidak sendirian.
Diperkirakan sekitar 5 persen remaja di negara maju berjuang untuk tidak berbelanja secara kompulsif dan obsesif.
Pakar kesehatan mendefinisikan ini sebagai buying-shopping disorder atau BSD.
Kecanduan belanja terjadi karena saat ini banyak orang yang berbelanja hingga melampaui batas dan secara negatif mempengaruhi kehidupan mereka.
Ini merupakan efek samping dari berkembangnya e-commerce.
Menurut sebuah penelitian berskala kecil yang diterbitkan dalam jurnal Comprehensive Psychiatry, BSD telah resmi berpindah ke ruang ritel online.
Sekitar sepertiga pasien yang mencari pengobatan untuk BSD dalam penelitian ini melaporkan gejala mereka karena aktif berbelanja online.
Melihat kondisi pandemi Covid-19 saat ini, menurut data Asosiasi e-Commerce Indonesia, sebagian besar marketplace di Indonesia mengalami kenaikan, terutama untuk pembelian barang kebutuhan pokok dan produk kesehatan.
Peningkatan belanja online masyarakat ternyata bukan hanya karena adanya imbauan untuk tidak keluar rumah, tapi juga karena banyak orang merasa bosan dan cemas selama karantina.
Dilansir Grid.ID dari Kompas.com, menurut Josette Freeman, koordinator program SMART Recovery, program yang membantu orang dengan masalah kecanduan, belanja adalah cara yang umum dilakukan orang untuk menghadapi kecemasan.
“Mayoritas orang butuh keteraturan dalam hidupnya, tetapi sekarang keteraturan itu tak ada lagi dan masa depan serba tidak pasti. Hal itu sangat menggoncang bagi banyak orang,” kata Freeman.
Berbelanja merupakan kegiatan yang memberi kesenangan jangka pendek dan memenangkan.
Namun, ada dampak jangka panjangnya jika sebenarnya dana kita terbatas.
Konsultan keuangan Kylie Holford mengatakan, saat ini kita harus lebih bijaksana dalam mengeluarkan uang karena kondisi ekonomi yang tidak pasti.
“Tanpa bermaksud mendramatisir, tapi dalam 6 bulan ke depan kita mungkin belum bisa kembali ke masa sebelum pandemi,” kata Holford.
Kondisi ekonomi butuh waktu cukup lama untuk kembali normal, sehingga kita harus berhati-hati dengan dorongan untuk hidup hanya untuk saat ini, termasuk saat melihat situs belanja online ketika sedang bosan.
Holford memberikan tips apa saja yang bisa kita lakukan untuk menekan hasrat belanja dan cermat menyiapkan masa depan:
Susun anggaran
Bila kita ingin mengendalikan keinginan belanja atau minimal berbelanja secara sadar, mulailah membuat anggaran.
“Memang itu terdengar membosankan, tetapi membuat anggaran adalah hal yang tepat dilakukan jika kita di rumah saja,” kata Holford.
Dengan membuat anggaran kita akan tahu berapa uang yang saat ini kita pegang, memahami perbedaan antara kebutuhan dan keingnan, serta berapa anggaran sisa yang bisa kita pakai untuk belanja di luar kebutuhan pokok.
Waspada dengan tawaran cicilan
Bila kita baru kehilangan pekerjaan atau menghadapi ketidakpastian di tempat kerja, jauhi fasilitas cicilan atau pun “membayar nanti” yang menggoda kita untuk terus belanja.
“Mungkin tawaran itu tanpa bunga, tetapi tetap ada biaya-biaya dan denda jika kita tidak bayar tepat waktu,” kata Holford.
Buat rencana
Jika kita punya riwayat hobi belanja, cobalah untuk mengenali apa yang jadi pemicunya dan pikirkan konsekuensinya.
“Jika kamu sedang mengalami hari yang buruk, anak susah makan, atau baru dimarahi bos, mungkin kamu merasa berhak untuk belanja online selama 30 menit dan menganggap itu sebagai hadiah.
Tapi, konsekuensinya mungkin kamu mengeluarkan uang satu juta,” katanya.
Bila pemicu dorongan belanja itu sudah dikenali, seharusnya lebih mudah bagi kita untuk menemukan cara alternatif menenangkan diri.
Misalnya saja menonton acara tv favorit atau mungkin menelepon sahabat.
Di masa yang penuh tekanan seperti sekarang, latihlah kesadaran diri dengan mengenali apa yang kita alami dan apa yang sebenarnya dibutuhkan.
Menunda
Saat kita tergoda oleh piyama cantik berwarna pastel atau sneaker keluaran terbaru, coba tunda dulu keinginan untuk langsung membayar.
Endapkan setidaknya satu minggu.
Jika selama masa tunda itu kita sudah tak tertarik lagi, barang-barang tersebut hanyalah keinginan yang masih bisa dibeli di kemudian hari jika kondisi keuangan lebih stabil.
Bijak menggunakan uang
Ketika semua hal itu sudah dilakukan dan dorongan untuk belanja tetap ada, cobalah untuk mengeluarkan uang dengan penuh kesadaran dan juga berbagi kebaikan.
Misalnya dengan membeli produk milik teman atau produk lokal, sehingga uang yang kita belanjakan setidaknya bermakna.
Uninstall aplikasi sementara
Mengutip dari Cewekbanget.id, uninstall aplikasi e-commerce sementara waktu bisa jadi trik jitu juga untuk mengedalikan keinginan belanja.
Hal ini dilakukan karena ada sejumlah aplikasi online marketplace yang secara otomatis mengirimkan update ke para pelanggannya saat ada penawaran terbaru.
Aktif berkegiatan
Terakhir, mengalihkan perhatian kita agar tidak melulu scrolling penawaran.
Aktif kegiatan saat karantina di rumah misalnya dengan memasak, membaca novel, atau membuat DIY bisa jadi pilihan positif dibanding terus-menerus melihat diskon di e-commerce.
(*)
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Winda Lola Pramuditta |