Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Keadaan pandemi Covid-19 memang telah banyak mengubah perilaku kita.
Mulai dari rutinitas bekerja, belajar, beribadah hingga istirahat.
Informasi yang begitu pesat dan banyak setiap hari tentang covid-19 kerap membuat kita stres dan cemas.
Pengaruhnya pun beragam, namun yang paling terlihat adalah gangguan tidur.
Padahal, selama pandemi ini kita perlu meningkatkan kekebalan tubuh agar tidak mudah tertular penyakit, salah satunya melalui tidur cukup.
Dalam bincang interaktif melalui Instagram live yang membahas tentang Insomnia, dr. Widi Primaciptadi, SpKJ dan dr. Lahargo Kembaren, SpKJ membahas hal tersebut.
Baca Juga: Lee Dong Gun dan Jo Yoon Hee Resmi Bercerai Usai 3 Tahun Menikah, Dispatch Ungkap Penyebabnya!
Dr. Widi menjelaskan bahwa tidur merupakan bentuk penurunan kesadaran untuk tubuh beristirahat.
“Tidur adalah bentuk penurunan kesaradan terhadap lingkungan. Jadi mirip-mirip pingsan atau koma gitu.”
“Bedanya kalau tidur ini sifatnya secara cepat, bangun lagi kemudian tidur lagi dalam periode waktu yang cepat,” ujar dr. Widi dalam Instagram Live, Psikoedukasi Kesehatan Jiwa RSMM Bogor yang diikuti Grid.ID, Kamis (28/5/2020).
Menurutnya, indikator tidur bisa dilihat dari dua hal, yaitu indikator kualitas dan kuantitas.
“Untuk kuantitas adalah jam tidur, untuk orang dewasa rata-rata dalah 7 sampai 9 jam per hari.”
“Terkadang ada yang hanya butuh misalnya 6 jam, ini namanya short sleeper.”
“Ada juga yang butuh 12 jam, namanya long sleeper,” jelas dr. Widi.
Semakin bertambah usia, maka kebutuhan tidur akan berkurang.
“Anak bayi bisa tidur 16 sampai 18 jam.”
Untuk indikator kualitas, kita lihat dari kondisi tubuh masing-masing.
“Pada saat bangun seger enggak sih? Siang hari juga tidak mudah menguap, dan fungsi kognitif akan tetap baik,” kata dr. Widi.
Adapun fungsi kognitif adalah kemampuan untuk berfikir.
Ketika seseorang kurang tidur, maka kemampuan untuk mengambil keputusan akan menurun.
Hal ini berakibat menjadi tidak fokus.
“Bahkan dari literatur kalau kurang tidur atau insomnia terjadi secara berkepanjangan, maka akan berpotensi penyakit jantung,” jelas dr. Widi.
Lebih lanjut, dr.Lahargo Kembaren, SpKJ memberikan tips agar kita bisa memiliki kualitas dan kuantitas tidur yang baik.
Pertama adalah tur pola tidur dan bangun yang sama setiap harinya, karena tubuh memiliki jam biologis untuk istirahat.
“Ketika bangun usahakan mandi, berganti pakaian, dan mengatur waktu dengan baik,” jelas dr. Lahargo.
Kemudian gunakan tempat tidur hanya untuk tidur, jangan untuk menonton, main handphone, membaca, mengobrol, dan sebagainya.
Tidak makan makanan yang berat sebelum tidur juga jadi salah satu tips untuk mengatasi insomnia.
“Jangan makan makanan berat, satu atau dua jam sebelum tidur, ini akan membuat tidur lebih nyenyak”
Kemudian, olahraga teratur dan mengatur lampu serta cahaya di kamar.
“Usahakan cahaya di kamar gelap, karena akan memengaruhi hormon dan kualitas tidur,” tutur dr. Lahargo.
(*)
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Okki Margaretha |