Laporan Wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti
Grid.ID - Andi Baso Ryadi Mappasule, warga di Kabupaten Gowa mengaku akan menguggat Tim Gugus Tugas Covid-19 di Sulawesi Selatan.
Hal itu dikarenakan, ia tak terima istrinya dimakamkan di pemakaman khusus covid-19 di Macanda, Gowa.
Ryadi mengaku bahwa istrinya Nurhayani bukanlah pasien covid-19, melainkan pengidap penyakit stroke.
Hanya saja, Riyadi mengaku bahwa istrinya dijadikan sebagai pasien dalam pengawasan (PDP) oleh pihak Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
Baca Juga: Ungkap Masa Lalu, Inul Daratista Akui Keperawanannya Hampir Direnggut Produser Rekaman
Mengutip dari Kompas pada Kamis (4/6/2020), Riyadi mengakui bahwa istrinya mulai dijadikan PDP pada 15 Mei 2020 lalu.
Namun, Ryadi bersaksi bahwa ia memasukkan istrinya ke rumah sakit karena mengalami gejala stroke.
"Istri saya tidak memiliki riwayat penyakit, tiba-tiba kena stroke. Lama penanganannya sampai pecah pembuluh darah dan dia mengeluh sakit kepala terus. Jam 3 sore kena, kurang 5 menit jam 12 malam meninggal dan divonis PDP," ujar Ryadi.
Riyadi yakin bahwa istrinya tidak terpapar penyakit covid-19.
Akhirnya bersama anak-anaknya, Ryadi sempat melakukan aksi penolakan saat mengetahui istrinya hendak dimakamkan di pemakaman covid-19.
Penolakan Ryadi bersama anak-anaknya itu bahkan sempat menghebohkan sosial media.
Sebab Ryadi dikabarkan rela mencium sepatu tim gugus agar untuk mempertahankan jenazah istrinya.
Bahkan Ryadi sempat tidur di bawah mobil ambulan yang hendak membawa jenazah istrinya itu.
Lagi-lagi seluruh usaha yang dilakukan gagal, petugas TNI justru menyeret Ryadi agar tidak menghalangi jalannya ambulan.
Sementara itu mengutip sebuah video yang diunggah Instagram Makassar_Inffo, anak perempuan Ryadi juga ikut serta dalam menghalangi jalannya ambulan.
Dari video yang telah viral itu, anak perempuan Ryadi terlihat menangis sesengukan untuk menghalangi mobil ambulan.
Bahkan ia terlihat nekat menaiki bagian depan mobil ambulan yang hendak membawa ibunya ke pemakaman khusus covid-19 tersebut.
Hal itu dikarenakan Ryadi dan anak-anaknya tidak diperbolehkan masuk untuk mengantar sang istri menuju peristirahatan terakhri.
"Setelah penguburan kami ditinggal begitu saja. Tidak satupun petugas medis menyapa kami. Saya berpikir dalam hati, istri saya PDP, kenapa saya tidak diisolasi, anak-anak saya tidak diberi tindakan," ujarnya.
Kini kemarhan Ryadi memuncak saat hasil swab laboratorium istrinya menunjukkan negatif.
Ryadi bahkan tengah mempersiapkan langkah hukum untuk menggugat gugus tugas penanganan covid-19.
Selain itu ia telah mempersiapkan pengacara untuk membantunya menyelesaikan masalah tersebut.
"Sekarang saya perjuangkan dan meminta jenazah istri saya untuk dikebumikan di pemakaman keluarga apapun resikonya. Kalau saya harus menuntut lewat hukum saya akan lakukan itu," kata dia.
"Saya sudah dirugikan, saya sudah mendapatkan sanksi sosial, saya sudah dikucilkan oleh keluarga. Semua bisnis saya tidak ada lagi yang jalan karena status PDP yang tidak benar," imbuhnya.
(*)
Penulis | : | Novia |
Editor | : | Winda Lola Pramuditta |