Grid.ID - Meski sama-sama merupakan 'penyakit', namun tidak dapat dipungkiri pandangan terhadap keduanya sangat berbeda.
Jika penyakit fisik sering kali dianggap 'biasa', penyakit mental justru harus menghadapi tantangan stigma.
Hal itu memberikan konsekuensi yang sangat luas. Itu membuat pengidap penyakit mental terlihat buruk–yang sama sekali tidak benar–dan bisa mencegah seseorang mencari bantuan terkait kondisinya.
Bagian terburuknya? Banyak orang yang berkontribusi menciptakan stigma tersebut. Anda pun mungkin pernah meremehkan penyakit mental tanpa disadari. Berikut kelima tandanya:
Dengan mudah menggunakan istilah “depresi”
Mungkin, ada teman Anda yang sedih berlebihan akibat masalah yang sedang dihadapinya. Namun, dibanding menghiburnya, Anda lebih memilih menghakiminya dengan mengatakan bahwa ia mengidap depresi. Ini merupakan salah satu contoh Anda merendahkan penyakit mental.
“Kesadaran berbahasa sangat penting,” ujar Shari Harding, ahli kesehatan mental dan profesor keperawatan di Regis College.
“Kita mungkin sering berlebihan dalam menghadapi sesuatu, tetapi penting sekali untuk menghindari penyalahgunaan bahasa,” tambahnya. Jangan asal menggunakan kata depresi.
Astagfirullah, Cuma Gara-gara Kuah, Pegawai di Rumah Makan Padang Ini Babak Belur Dikeroyok Pengunjung!
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Intisari Online |