Laporan Wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti
Grid.ID - Dibuntuti buaya liar, pria bernama Ambon warga Desa Muara Sungai Guntung, kelurahan, Bontang, Kalimantan Timur akhirnya merawat reptil tersebut bak anak sendiri.
Puluhan tahun merawat buaya liar tersebut, kini reptil yang setiap harinya ditempatkan di Muara Sungai Guntung itu telah tumbuh dan memiliki panjang 4 meter.
Bak anak sendiri, Ambon bahkan telah memberikannya nama spesial.
"Dia kalau tidak datang dua sampai tiga hari, saya cari dia (Riska). Saya sudah anggap anak sendiri," ujar Ambon dikutip Grid.ID dari Kompas Senin (15/6/2020).
Awal mulanya, Ambo mengaku menemukan Riska di perairan sekitar pabrik Pupuk Kaltim pada 23 tahun lalu.
Pada saat itu, Ambon tak terlalu menghiraukan buaya tersebut, ia tetap mendayung perahu dan meninggalkannya.
Namun, buaya itu rupanya mengikuti perahu Ambo.
Suatu ketika, Ambo melihat sang reptil telah berdiam di samping perahu yang disandarkan di depan rumahnya.
"Datang sendiri. Kok ada buaya di samping perahu saya. Kupanggil dia, datang. Saya beri makan, sampai sekarang," terang Ambon.
Kala itu, Ambon menemukan Riska saat masih berukuran satu meter.
Ambo lalu memberikan sebutan Riska karena sang reptil merupakan betina.
Nama yang diberikan pada buaya itu, diakui Ambon diambil dari nama perahunya.
Baca Juga: Polisi di Palembang Ditusuk Teman Saat Tidur, Diduga Sakit Hati, Senjata Milik Korban Raib!
"Perahuku namanya Riska. Kadang saya main-main di Sungai Guntung datangi dia. Saya pakai perahu, saya dayung, dia (buaya) ikut di samping perahu saya," jelas Ambo.
Suatu ketika, Ambo mengaku pernah meninggalkan Riska selama dua tahun karena mendapatkan pekerjaan di Samarinda.
Ketika berpisah dari Riska, istri Ambon mengabarkan bahwa buaya itu mondar-mandir di sekitar rumahnya.
Mengetahui hal tersebut, Ambo akhirnya menitip pesan pada istri dan warga sekitar agar memberi makan ketika melihat buaya itu.
"Kadang kalau saya tidak ada. Diberi makan sama warga sekitar," jelas Ambo.
Tak hanya berpesan untuk memberinya makan, Ambon juga meminta warga untuk memperlakukan buaya tersebut dengan baik.
"Jangan kasar. Jangan dimain-mainin. Jadi, kadang nelayan habis melaut beri makan ikan. Dia (buaya) menghampiri perahu nelayan diberi makan ikan sama nelayan," jelas Ambo.
Dua tahun bekerja di Samarinda, Ambo akhirnya memutuskan pulang ke Bontang dan mengurus buaya itu.
Sejak merawat buaya itu 23 tahun silam, Ambo tak pernah diserang atau dilukai.
Meskipun sempat merasa takut, namun Ambon kini telah terbiasa dengan reptil tersebut.
"Takut sih ada, tapi saya anggap sebagai anak sendiri. Sayang banget karena dari kecil ku pelihara. Sering saya elus-elus. Kumandikan, kugosok bagian belakangnya," terangnya.
Sejak memelihara Riska, banyak warga setempat yang selalu mengunjungi rumah Ambo.
"Harapan saya kalau ada yang datang, tolong bawakan dia makanan. Kalau saya perhatikan, buaya-buaya itu susah cari makan ikan," jelas dia
Sementara itu melansi dari Tribun Banyumas, hal serupa juga dialami oleh Muhammad Irsanie warga Gang Buaya Badas, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau.
Muhammad Irsanie kini memiliki 32 buaya yang dipelihara di belakang rumahnya.
Lantaran memiliki banyak buaya, akhirnya Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim wilayah kerja Berau akan mengevakuasi seluruh reptil tersebut.
Sebab pagar dan kandang buaya yang digunakan Irsanie terbuat ala kadarnya dan membuat warga sekitar khawatir.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim wilayah kerja Berau, Dheny Mardiono akan mengevakuasi dalam waktu dekat.
(*)
5 Shio Paling Suka Healing ke Pantai, Senang Mendengarkan Suara Ombak dan Angin
Source | : | Kompas.com,Tribun Banyumas |
Penulis | : | Novia |
Editor | : | Nesiana Yuko Argina |