Grid.ID – Pembangunan gedung Politeknik Multimedia Nusantara di kawasan Paramount Gading Serpong, sudah memasuki tahap Topping Off pada Senin (6/7/2020).
Peresmian Topping Off ini dilakukan oleh pihak Yayasan Multimedia Nusantara, Politeknik Multimedia Nusantara, PT Media Nusantara Utama, Total, dan PT Paramount Enterprise International.
Ketua Yayasan Multimedia Nusantara (YMN) Teddy Surianto menyampaikan bahwa kualitas sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan dunia industri menjadi kunci daya saing industri dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Oleh karena itu, Pemerintah mendorong pengembangan pendidikan vokasi untuk menyiapkan tenaga kerja terampil.
“Yayasan Multimedia Nusantara mendirikan Politeknik Multimedia Nusantara (PMN) untuk memberikan kontribusi dalam menghasilkan lulusan yang kompeten yang sangat dibutuhkan negara Indonesia, yang pada akhirnya menjadi sumbangsih bagi kemajuan bangsa Indonesia dan turut serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kehadiran PMN ini, kami ibaratkan sebagai kawan dalam perubahan, transformasi pendidikan untuk Indonesia Maju,” kata Teddy.
PMN memiliki tiga program studi, antara lain Digital Animation, Digital Logistic Management dan Digital Event Management (MICE) yang menitikberatkan pada pendayagunaan Information and Communication Technology (ICT) sebagai Digital Transformation yang kini diakselerasi menjadi kebutuhan utama di hampir seluruh bidang industri untuk menyikapi resesi ekonomi global di era pandemik ini.
Project Manager Politeknik Multimedia Nusantara Roy Anthonius mengungkapkan ketiga program studi Sarjana Terapan (D4) tersebut dirancang bersama dengan mitra strategis yang telah memiliki reputasi baik di dunia industri seperti Dyandra, ICE-Indonesia, KGExpress, UMN Pictures, Brown Bag Films, Ironbird Logistic, Hotel Santika, dan Agate, agar tercipta link and match antara kurikulum pembelajaran dengan industri.
“Kami optimis dapat mendukung kebijakan link and match yang digaungkan oleh Direktorat Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI melalui perancangan kurikulum inovatif yang dapat memberikan pengalaman belajar dan bekerja secara simultan yang kami sebut sebagai Immersive Learning Working Experience,” ungkap Roy.