Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Pembalut adalah benda yang menyerap darah dari vagina.
Tidak hanya untuk menstruasi, pembalut juga biasa digunakan setelah bedah vagina, melahirkan, juga situasi lain dengan keadaan keluarnya darah dari vagina.
Benda ini selalu menjadi andalan di kala tamu bulanan datang.
Pembalut wanita rupanya memiliki sejarah yang panjang sebelum menjadi penemuan yang mengubah dunia.
Tak pernah terbayangkan, pembalut wanita yang kerap menjadi solusi hadapi tamu bulanan atau menstruasi ini ternyata pertama kali diciptakan bukan untuk kaum wanita
Ada sejarah panjang tentang benda yang satu ini.
Baca Juga: Sungguh Mulia! Vicky Prasetyo Ternyata Punya Cita-cita Jadi Pendakwah, Cuma...
Sejarah Pembalut
Dilansir Grid.ID dari Kompas.com, dalam sejarah, pada awal abad ke-4 di Yunani Kuno, pembalut pra-modern telah digunakan.
Saat itu, perempuan menggunakan kain untuk menampung darah kewanitaannya.
Selain kain, mereka juga menggunakan kapas atau wol domba dalam pakaian mereka untuk membendung aliran darah menstruasi.
Pemikir Yunani terkemuka Hypatia bahkan melemparkan kain bekas menstruasi tersebut kepada para pengagum laki-lakinya untuk mengusir mereka.
Sebaliknya di China, para perempuan menggunakan kain yang diisi pasir sebagai pembalut menstruasi.
Ketika kain itu cukup basah, mereka akan membuang pasir dan mencuci kainnya.
Di masa Mesir Kuno, para perempuan menggunakan papirus sebagai alas haid mereka.
Sebelum digunakan, papirus direndam dalam air terlebih dahulu.
Awalnya Diciptakan untuk Pria
Pembalut sekali pakai pertama dipikirkan oleh para perawat selama masa perang.
Tujuan sama sekali bukan untuk menstruasi perempuan, melainkan untuk para pria.
Tepatnya, untuk menghentikan pendarahan bagi para prajurit yang bertempur.
Sekitar abad ke-19, pembalut sekali pakai pertama dibuat oleh perawat Perancis dari perban bubur kayu.
Saat itu pembalut tidak dibuat dari kapas karena ketersediaannya yang sangat terbatas.
Para perawat membuat pembalut dari sphagnum moss, tanaman yang sangat mudah menyerap dengan sifat antimikroba.
Perusahaan besar mulai memproduksinya secara massal dengan nama Cellucotton.
Pada akhir perang pada tahun 1918, produsen Cellucotton mulai kebingungan karena surplus pembalut.
Baca Juga: Dituduh Berzina oleh Vicky Prasetyo, Angel Lelga Mengaku Tidak Dendam
Para prajurit dan palang merah tidak lagi membutuhkan mereka.
Perban-perban ini cukup murah untuk dibuang sehingga para perawat mulai menggunakannya untuk menstruasi mereka.
Terinspirasi dari para perawat, perusahaan ini kemudian mengembangkan produk konsumen komersial yang layak untuk perempuan di mana saja.
Mereka kemudian berganti nama sebagai pambalut Kotex pada 1920.
Pada masa itu, sebagian besar perempuan menggunakan kain flanel untuk mengatasi menstruasi mereka.
Sayangnya, kain flanel memiliki harga cukup mahal untuk dijangkau semua kalangan.
Beberapa perempuan lain menggunakan sabuk mesnstruasi, yaitu pita perekat yang ditempatkan di bagian bawah bantalan untuk menempel pada pelana celana.
Namun, sabuk menstruasi ini cukup menyulitkan dipakai.
Hal tersebut membuat pembalut menstruasi dengan cepat mendapatkan popularitas.
Menstrual Cup dan Tampon
Diwartakan Cewek Banget, seiring berjalannya waktu, munculah inovasi pembalut wanita, diantaranya menstrual cup dan tampon.
Tampon memiliki kegunaan yang sama dengan pembalut, yakni menyerap darah yang keluar dari vagina.
Bedanya, pembalut berada di luar dan ditempel di celana dalam.
Sedangkan tampon dimasukkan ke vagina.
Memang menggunakan tampon akan lebih menyerap darah, tapi sayangnya tampon enggak nyaman untuk digunakan kalau kita belum jago memakainya.
Jadi harus latihan dulu nih sampai benar-benar nyaman menggunakannya
Kemudian menstrual cup, benda ini adalah sebuah cup berbentuk seperti bel dengan bahan silikon yang fleksibel.
Cara menggunakannya dimasukkan ke dalam vagina saat menstruasi untuk menampung darah.
Tiap 4-12 jam sekali, kita disarankan untuk mengeluarkan menstrual cup dan mengosongkan darahnya di toilet.
Kemudian cuci cup-nya, setelah itu kita boleh menggunakannya kembali.
Untuk mensterilisasi cup ini, rendam dan cuci dengan air hangat.
Menstrual cup dianggap lebih hemat dan praktis karena tidak menghabiskan uang untuk terus-terusan membeli tampon atau pembalut.
Yang perlu diingat, satu menstrual cup hanya bisa dipakai hingga lima tahun lama, ya.
(*)
Tangis Nunung Pecah saat Singgung Soal Kariernya di Dunia Hiburan, Sebut Perannya Kini Sudah Tergantikan
Source | : | Kompas.com,cewekbanget.grid.id |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Nurul Nareswari |