Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Hand sanitizer telah menjadi barang wajib saat ini.
Terlebih ketika seseorang perlu keluar rumah dan tidak selalu menemukan kucuran air beserta sabun.
Maka hand sanitizer jadi solusi dan diharapkan membunuh kuman atau virus di tangan.
Namun, apa jadinya jika hand sanitizer yang justru mengundang penyakit bagi tubuh.
Mungkin kamu sendiri bingung, bagaimana bisa produk kesehatan ini justru bawa petaka bagi tubuh?
Tetapi inilah faktanya.
Dilansir Grid.ID dari Kompas.com, Badan Makanan dan Obat (FDA) Amerika Serikat telah memperluas penarikan puluhan merek hand sanitizer karena mengandung metanol.
Metanol merupakan zat beracun yang dapat mengancam tubuh ketika diserap melalui kulit, dapat menyebabkan kebutaan, bahkan kematian jika tertelan.
Dijelaskan laman resmi FDA, metanol bukan termasuk bahan aktif yang bisa digunakan untuk hand sanitizer karena efek toksiknya.
Baca Juga: Mawar de Jongh Siap Obati Rasa Kangen Penggemar di Konser Virtual Ruang Rindu
Konsumen yang telah terpapar produk itu harus segera mencari pengobatan untuk menghilangkan efek toksik metanol.
Paparan metanol substansial dapat menyebabkan mual, muntah, sakit kepala, penglihatan kabur, kebutaan permanen, kejang, koma, dan kerusakan permanen pada sistem saraf atau kematian.
Sejak berlangsungnya pandemi Covid-19, para pejabat kesehatan mendesak warga untuk mencuci tangan selama 20 detik atau menggunakan hand sanitizer demi melindungi diri dari paparan virus corona.
Permintaan hand sanitizer pun melonjak hingga terjadi kelangkaan.
Baca Juga: Menakjubkan! Ini 9 Manfaat Baking Soda, Jadi Solusi Ampuh Atasi Masalah Sehari-hari
Merek-merek baru yang meragukan kemudian bermunculan dengan memanfaatkan situasi itu.
"Sayangnya, ada beberapa perusahaan mengambil keuntungan dari meningkatnya penggunaan pembersih tangan selama pandemi virus corona," kata Komisaris FDA Dr Stephen Hahn.
"Perusahaan itu menempatkan nyawa dalam risiko dengan menjual produk dengan bahan berbahaya dan tidak dapat diterima.”
“Konsumen dan penyedia layanan kesehatan tidak boleh menggunakan pembersih tangan yang mengandung metanol," lanjut dia.
Mantan Komisaris FDA sekaligus Presiden Pusat Obat-obatan untuk Kepentingan Umum, Peter Pitts mengatakan, menjual produk hand sanitizer ini seperti menjual obat ilegal.
Produk-produk tersebut bisa memenuhi rak-rak toko karena kurang ketatnya prosedur keamanan terhadap barang.
"Ketika Anda berada di sebuah perusahaan besar atau perusahaan kecil dan Anda membeli produk dalam jumlah besar, Anda ingin memahami asal dari produk itu, apakah produk tersebut telah disetujui atau tidak dalam kondisi baik. Jelas itu diabaikan begitu saja," kata dia.
FDA pertama kali memperingatkan tentang adanya 9 produk buatan Meksiko pada Juni 2020.
Sejak saat itu, lusinan produk lainnya telah ditambahkan ke dalam daftar.
Tak jelas bagaimana produk itu bisa dijual di toko-toko, tetapi ada sejumlah merek yang sudah ada sejak awal pandemi.
Sepuluh kematian dan puluhan warga yang dirawat di rumah sakit Arizona dan New Mexico diyakini terkait dengan metanol hand sanitizer itu.
Dalam dua kasus di Arizona, pasien telah membeli pembersih tangan dari sebuah toko, tetapi merek tersebut tidak diketahui.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lewat laman resminya pernah memberikan resep dan cara pembuatan hand sanitizer sendiri yang bisa kita ikuti oleh masyarakat.
Hand sanitizer atau handrub sendiri diketahui merupakan alternatif praktis membunuh mikroba di tangan dengan cepat.
Diwartakan Grid Health (19/3/2020), handrub dirancang untuk diaplikasikan pada tangan yang berfungsi menonaktifkan mikroorganisme dan atau untuk menekan sementara pertumbuhannya.
Ada dua formulasi yang bisa kita buat, diantaranya seperti berikut ini:
Formulasi 1
- Etanol 96 % 8.333 ml
- Hidrogen peroksida 3 % 417 ml
- Gliserol 98 % 145 ml
- Distilasi steril atau air mendidih yang sudah dingin
Formula 2
- Isopropil alkohol 99,8 % 7.515 ml
- Hidrogen peroksida 3 % 417 ml
- Gliserol 98 % 145 ml
- Distilasi steril atau air mendidih yang sudah dingin
Berikut ini alat-alat yang perlu digunakan:
1. Botol kaca atau plastik berkapasitas 10 liter dengan sumbat ulir.
2. Tangki plastik 50 liter polyethylene (lebih disarankan polypropylene atau kepadatan tinggi), tembus pandang agar tingkat cairannya terlihat.
3. Tangki stainless steel dengan kapasitas 80-100 liter.
4. Tangki stainless steel berkapasitas 80-10 liter dengan tutup.
5. Tongkat kayu, plastik, atau logam untuk mencampur.
6. Tabung ukur silinder.
7. Gelas takar, corong plastik atau logam.
8. Botol plastik dengan tutup anti bocor berukuran 100 ml dan botol atau gelas plastik dengan skrup berkapasitas 500 ml.
9. Tiga buah alkoholmeter, skala suhu di bagian bawah dan konsentrasi etanol (presentase v/v) di bagian atas.
Berikut ini langkah pembuatannya:
1. Alkohol sesuai formula dituangkan ke dalam botol atau tangki besar.
2. Tambahkan hidrogen peroksida dengan tabung ukur silinder.
3. Tambahkan gliseral menggunakan pengukur silinder. Gliseral yang sangat kental dan menempel pada dinding tabung ukur harus dibilas dengan air sterilatau air rebusan yang sudah dingin, dan kosongkan ke dalam botol atau tangki.
4. Penuhi botol atau tangki hingga 10 liter, tandai dengan suling steril atau air matang dingin.
5. Setelah itu, tutup tangki atau botol sesegera mungkin untuk mencegah penguapan.
6. Campur dengan menggoyangkan botol atau tangki dengan lembut, di mana sesuai atau dengan menggunakan sebuah dayung.
7. Masukan ke wadah akhir (plastik atau botol 500 ml, 100 ml) dan diamkan selama 72 jam sebelum digunakan.
Itulah cara pembuatan hand sanitizer menurut WHO.
Meski demikian, perlu diingat bahwa kebersihan tangan yang maksimal hanya bisa didapat dengan mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, ya.
(*)
Source | : | Kompas.com,Grid Health |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Nurul Nareswari |