Laporan Wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti
Grid.ID - Kabar mengejutkan datang dari salah satu perangkat desa di Kecamatan Rantebulahan Timur, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.
Seorang Kades bernama Pelipus dikabarkan nekat mengakhiri hidup dengan cara yang tak lazim.
Entah apa yang tengah dipikirkan sebelumnya, namun Pelipus memilih untuk menyudahi kehidupannya dengan gantung diri di sebuah pohon kopi.
Melansir dari TribunTimur.com pada Selasa (28/7/2020), Kades Buangin itu izin pada keluarganya akan meninggalkan rumah untuk membagikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada warga.
Namun, sang Kades justru ditemukan dalam kondisi telah tergantung di pohon kopi pada Senin (27/7/2020) pagi.
Mulanya masyarakat mengira Pelipus nekat mengakhiri hidup lantaran depresi dengan masalah yang dihadapi.
Sebab beberapa hari terakhir, Kades Buangin itu memang mendapatkan demo dari mahasiswa dan desakan dari warga sekitar.
Namun, dugaan tersebut tidak dibenarkan setelah sepucuk surat yang ditulis Pelipus ditemukan oleh rekannya, Gunawan.
Gunawan yang diketahui sebagai kerabat kerja Pelipus, mengaku menemukan surat tersebut berada di lemari kantor milik Pelipus.
Di mana surat itulah yang akhirnya mengungkap fakta di balik aksi nekat Pelipus.
Di dalam surat itu, Pelipus menuliskan berbagai ucapan maaf terutama pada keluarga tercintanya.
"Pesan-pesan saya buat keluarga, kiranya apa yang terjadi pada saat ini tidak mempengaruhi hubungan atau tekanan keluarga," ujarnya.
Kepada sang istri, Pelipus memohon maaf lantaran belum bisa membahagiakan dan kini ia justru meninggalkannya begitu saja.
"Untuk istri tercinta (Elsi) jaga baik-baik Arga sama Dirga, sekolahkan dengan baik, maafkan aku yang belum bisa membahagiakan," ungkapnya.
Tak hanya pada sang istri tercinta, kepada dua buah hatinya Pelipus juga memberikan pesan yang tak kalah mengejutkan.
Di dalam surat yang ditulis sang kades, Pelipus berpesan pada anak-anaknya agar tidak mengikuti jejak sang ayah di dunia politik.
"Buat ananda Arga/Dirga, sekolah yang baik agar tidak mengulang apa yang dilakukan bapak kalian, jangan sekali-kali masuk jalur politik karena tidak sesuai dengan ajaran agama kita," ujarnya.
Tak hanya itu, kepada buah hatinya, Pelipus juga meminta agar sang buah hati dapat menjaga dan melindungi ibunya.
"Kalau kalian sudah besar nanti, jaga baik-baik ibu kalian kasihi dan sayangilah, maafkan saya, saya melakukan semuanya ini dengan sangat terpaksa," ujarnya.
"Karena lebih baik saya berdosa hanya satu kali lagi, dari pada tiap hari melakukan kebohongan hanya karena terpaksa," sambungnya.
Selain untuk anak dan istri, Pelipus juga berpesan pada seluruh masyarakat di desanya.
Baca Juga: Keluarga Vitalia Sesha Angkat Bicara Terkait Artis VS yang Tersandung Kasus Prostitusi Online
Ia mengaku berterimakasih lantaran selama ini selalu diberikan dukungan dan kesempatan.
Namun, Pelipus juga tak lupa untuk meminta maaf lantaran belum dapat menjalankan tugas dengan maksimal.
"Sekali lagi, bagi semua masyarakat saya, mohon maaf yang sebesar-besarnya atas perbuatan saya selama ini yang kurang berkenan di hati saudara-saudaraku," ujarnya.
"Terima kasih atas dukungannya selama saya menjalankan pemerintahan saya."
"Kiranya Tuhan mengampuni akan semua kesalahan yang terjadi selama ini dan tidak akan menjadi batu sandungan bagi pemimpin seluruh lapisan masyarakat untuk membangun kampung tercinta ini," pungkas Pelipus.
Tak hanya meninggalkan pesan melalui sebuah surat, Camat Rantebulahan Timur, Elim Tupa'langi mengaku mendapat pesan dari sang kepala desa.
Menurut informasi sang Camat, sebelum meninggal Pelipus memiliki niat tulus untuk membangun Desa Buangin setelah persoalan di desanya selesai.
Namun sayang, sebelum semua terealisasi, Pelipus kini telah mengakhiri hidupnya.
Melansir informasi serupa dari Kompas.com, beberapa waktu lalu Kepala Desa bernama di Desa Wonokitri, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur juga tewas gantung diri.
Baca Juga: Jalani Kemoterapi Kedua Demi Sembuh dari Kanker Ovarium, Feby Febiola: Hati yang Gembira Adalah Obat
Kades bernama Wartono ditemukan telah tewas di kamar kecil, di Kantor Desa Wonokitri.
Kapolsek Tosari AKP I Nengah Darsana mengatakan, latar belakang tindak bunuh diri yang dilakukan sang Kades sampai saat ini masih dalam penyelidikan.
Kapolsek mengatakan, Wartono ditemukan tewas gantung diri oleh perangkat desa Kantor Balai Desa Wonokitri pada Selasa (14/7/2020) sekitar pukul 16.00 WIB.
(*)
Source | : | Kompas.com,TRIBUN TIMUR.COM |
Penulis | : | Novia |
Editor | : | Ayu Wulansari Kushandoyo Putri |