Laporan Wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti
Grid.ID - Di tengah situasi pandemi covid-19 yang sangat berdampak pada perekonomian dan kesehatan, baru-baru ini masyarakat tengah berbondong-bondong mencari solusi untuk tetap bertahan di situasi genting ini.
Di tengah perekonomian yang sulit, terlebih bagi masyarakat lapisan bawah, berbagai solusi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan ekonomi keluarga memang menjadi hal utama.
Melansir informasi dari Tribunnews pada Rabu (29/7/2020), kini warga Dusun Cikatomas, Desa Handapherang, Ciamas, tengah ramai-ramai menanam tumbuhan porang.
Di Dusun Cikatomas, khususnya di Blok Purut RT 15 RW 06, dalam tiga bulan terakhir ada 9 KK yang mulai bercocok tanam porang ini.
Sejak beberapa bulan terakhir, mereka mengaku telah tergabung dalam komunitas petani porang Purut Makmur Sauyunan.
Kini sudah ada sekitar 5 ribu batang porang yang berhasil ditanam dan tersebar di blok itu.
Meskipun tak banyak, tapi tanaman porang ini disebut-sebut sangat sangat menjanjikan.
Tanaman porang dikabarkan sangat diburu oleh industri ekspor di Jepang dan Tiongkok.
Hal inilah yang akhirnya membuat para petani berbondong-bondong menanam tumbuhan tersebut.
Selain potesni yang menjanjikan, tanaman porang juga melahirkan petani-petani kaya di Tanah Air.
Namun, sepertinya tumbuhan porang ini masih cukup asing terdengar cukup asing di telinga beberapa masyarakat.
Lantas seperti apakah tumbuhan porang yang tengah ramai diperbincangkan dan memiliki nilai jual tinggi ini?
Baca Juga: Sering Dianggap Makanan Kampung, Ternyata Umbi-umbian Ini Bermanfaat Untuk Kesuburan
Melansir dari Kompas.com, tanaman porang disebutkan termasuk jenis umbi-umbian.
Mulanya tanaman porang ini hampir tidak pernah dilirik apalagi dibudidayakan.
Bahkan di beberapa daerah, porang hanya dianggap sebagai tanaman liar.
Kini, setelah umbi dari porang ini banyak dicari pasar luar negeri di antaranya Jepang, Korea, dan Tiongkok.
Akhirnya porang menjadi wajah baru untuk dibudidayakan oleh para petani.
Rupanya tepung dari umbi porang ini dapat dijadikan sabagai bahab baku kosmetik dan obat.
Baca Juga: 9 Manfaat Daun Talas Untuk Kesehatan ini Belum Banyak Diketahui, Atasi Diabetes Hingga Cegah Kanker
Di Madiun, rupanya umbi porang ini telah dibudidayakan petani sejak 1970-an.
Di sana porang telah dijadikan komoditas tanaman perkebunan yang menjanjikan pagi petani setempat.
Bahkan harga porang kering selalu mengalami lonjakan dari tahun ke tahun.
Baca Juga: Tips Diet Sukses Ala Krisdayanti, Hindari 5 Makanan Berikut ini
Di Madiun, hampir semua hasil umbi porang diekspor sebagai bahan baku ramen atau mi tradisional Jepang, serta untuk bahan konyaku dan kosmetik.
Namun sayang, petani menjual porang ini dalam bentuk bahan baku umbi yang masih basah.
Sehingga harga jual umbi ini terbilang cukup rendah sekitar Rp 2.500 per kilogram.
Baca Juga: Don't Miss It! Bunga Bangkai di Taman Buah Mekarsari, Mekar Minggu Ini
Padahal jika dijual dalam bentuk chips (irisan tipis), porang dihargai menjadi Rp 27 ribu per kilogram.
Sementara dalam bentuk olahan tepung, porang dapat dijual dengan harga Rp 600 ribu per kilogram.
Dengan hasil yang menjanjikan ini, pemerintah bahkan telah memodali petani porang dengan tiga alat pengolah porang menjadi bentuk chips.
Baca Juga: Mau Cepat Kurus Setelah Lebaran? yuk Cobain Olahan Ubi Jalar Satu Ini
Lebih lanjut, Petani Porang Nusantara (PPPN) DPC di Ciamis yang diketuai Tofan Nugraha (38).
Ia menjelaskan bahwa petani porang di Ciamis tengah mempersiapkan kembali lahan 300 bata untuk tanaman porang baru.
“Tak perlu ke mana-mana tak perlu susah-susah, halaman indah porang tumbuh seperti bunga. Uang pun dapat. Itu hanya di pekarangan," ujarnya.
Baca Juga: Singkirkan Bintik Hitam di Wajah dengan Umbi-umbian Satu Ini, Mau Tahu?
"Porang telah menjelma menjadi tanaman bernilai ekonomis tinggi yang banyak manfaat."
“Semuanya berupa bahan baku industri maupu usaha aneka pangan".
"Jadi umbi porang memang tidak bisa dijual ke pasar biasa, ada pasar khusus industri,” pungkasnya.
(*)
Kimberly Ryder Klarifikasi soal Lemari Plastik yang Jadi Omongan Netizen, Ada Sejarah Miris di Baliknya
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Novia |
Editor | : | Deshinta Nindya A |