"Yang kedua pola makan. Makanan kalau enggak pengawet, pewarna, soft drink wah luar biasa (menjamur saat ini).Sebenarnya boleh saja (dimakan), asal tidak melebihi ambang batas kekuatan tubuh.”
"Kalau melebihi sel-sel usus akan berubah sifat, yang lama-lama berubah menjadi cancer," terangnya.
Sementara itu, diwartakan Kompas.com (24/3/2011), menurut spesialis Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Fiastuti Witjaksono menyatakan, faktor pencegahan memegang peran penting dalam pengendalikan kanker kolorektal.
"Pencegahan akan lebih baik daripada mengobati," ungkapnya di Jakarta Rabu, (23/3/2011).
Menurutnya, salah satu pemicu utama terjadinya kanker kolorektal adalah kelebihan asupan makanan serta pola makan modern yang tinggi akan kadar lemak, garam, dan gula.
"Kolorektal erat kaitannya dengan makanan yang masuk dalam tubuh. Karena apa yang masuk akan melewati saluran pencernaan," jelasnya.
Setiap orang, jelas Fiastuti, memang memiliki kebutuhan yang berbeda.
Namun pengaturan pola makan yang sehat perlu dilakukan untuk mencegah kanker yang mematikan ini.
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menghindari makanan berkolesterol tinggi seperti seafood (selain ikan), jeroan, dan kuning telur.
Selain pola makan tidak sehat, pemicu lainnya dari kanker kolorektal adalah minimnya asupan vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh.
(*)
Source | : | Kompas.com,Grid Health |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Deshinta N |