Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Sayuran hijau memang sudah lama dikenal memiliki banyak manfaat.
Misalnya saja mengurangi risiko kanker, penyakit jantung, diabetes, obesitas, dan masalah kesehatan lainnya.
Diwartakan Kompas.com, bahkan, sayuran selada air mengindikasikan bisa lindungi paru-paru perokok dari bahan karsinogenik yang ada dalam tembakau maupun asap rokok.
Kemudian, kandungan vitamin C tertinggi ada pada selada jenis roman lettuce.
Kombinasi vitamin C dan betakaroten pada selada sangat baik untuk menjaga kesehatan jantung karena dapat mencegah oksidasi kolesterol.
Konsumsi selada jenis roman lettuce sebanyak 100 gram cukup untuk memenuhi 34 persen kebutuhan asam folat dalam tubuh.
Asam folat merupakan komponen dalam DNA dan RNA, sehingga sangat penting untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel tubuh yang rusak.
Asam folat sangat diperlukan oleh ibu hamil untuk mengatasi anemia zat besi, serta mengurangi risiko kelahiran bayi cacat.
Luar biasa bukan manfaat dari sayuran hijau berbentuk keriting ini?
Eits, tunggu dulu, ternyata selada juga bisa menimbulkan hal sebaliknya dari penjelasan di atas.
Sama seperti sayuran lainnya, ketika selada dikonsumsi berlebihan pun juga akan memiliki efek merugikan bagi kesehatan.
Baca Juga: 6 Trik Mudah Untuk Menurunkan Berat Badan, Terbukti Lebih Ampuh Daripada Diet!
Dilansir Grid.ID dari Trubun Manado, inilah 4 hal yang akan terjadi pada tubuh bila konsumsi daun selada berlebihan:
1. Nutrisi tak seimbang
Sebagian besar sayuran punya kandungan tinggi karbohidrat, rendah protein, dan lemak sehat.
Karbohidrat tersebut datang dengan serat makanan yang cukup untuk mencegah sayuran menyebabkan lonjakan gula darah.
Tetapi, bahkan dengan serat ini, sepiring sayuran tidak membuat nutrisi yang seimbang.
Protein juga masih diperlukan untuk membangun dan memperbaiki sel-sel sehat di tubuh, serta membangun jaringan otot ramping baru.
Jadi, jika kamu sering mengonsumsi sayuran sebagai menu harian, pastikan menyeimbangkannya dengan beberapa protein dan lemak setiap kali makan, ya.
2. Tidak kaya rasa
Beberapa orang dewasa masih merasa tidak tertarik untuk mengonsumsi sayuran.
Padahal, Kementerian Kesehatan RI, melalui program Gerakan Nasional Sadar Gizi menyarankan masyarakat Indonesia mengonsumsi setidaknya 3-5 porsi sayur dan 2-3 porsi buah setiap hari.
Sebagian alasannya mungkin karena banyak sayuran yang terasa pahit atau hambar.
Sehingga tidak selalu terasa enak saat dimakan mentah atau bahkan ketika dimasak.
Oleh karena itu, dalam mengolah sayuran kamu harus kreatif dengan menggunakan teknik memasak, serta bumbu rempah-rempah agar rasanya sesuai selera.
3. Risiko kontaminasi
Sebagian besar kontaminasi dapat ditelusuri ke norovirus, yang menyebar dari air yang tercemar oleh zat feses.
Kebanyakan kontaminasi sayuran dapat dicegah dengan sering mencuci tangan.
Tak lupa juga mencuci dan mengeringkan sayuran secara menyeluruh sebelum diolah dan disajikan.
FDA merekomendasikan untuk mengurangi risiko penyakit bawaan makanan dengan menyimpan sayuran secara terpisah dari daging.
Selain itu, rutin membersihkan talenan ketika memasak daging dan sayuran.
4. Residu pestisida
Pestisida yang digunakan dalam pertanian konvensional juga menghadirkan risiko kesehatan bagi konsumen.
Menurut laporan 2013 dari Environmental Working Group, bahan kimia yang umum ditemukan dalam pestisida mengandung neurotoksin.
Ini dapat berdampak negatif terhadap perkembangan sistem saraf bayi dan anak-anak.
Pestisida juga dikaitkan dengan infertilitas, mengurangi fungsi kekebalan tubuh, dan masalah kesehatan kronis lainnya.
Kamu dapat menghilangkan residu pestisida dengan mencuci sayuran dan menggosok sayuran yang memiliki kulit luar kasar seperti kentang dan wortel.
Itulah bahaya dari konsumsi selada secara berlebihan.
Apabila kamu ingin makan sayuran, tetap perhatikan jumlah aman dan olah dengan cara yang sehat, ya.
(*)
3 Bulan Nunggak SPP, Siswa SD Duduk di Lantai Jadi Tontonan Teman Sekelas, Pagi sampai Siang Tak Boleh Duduk di Bangku
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Nurul Nareswari |