Laporan Wartawan Grid.ID, Silmi Nur A
Grid.ID - Pangeran Harry mengungkap kegelisahannya atas peran media sosial yang memecah belah.
Di dalamnya, ia menggambarkan 'krisis kebenaran' yang diciptakan oleh platform media sosial, dan mengungkapkan ketakutan khusus tentang hal ini sebagai ayah dari Archie Harrison.
Harry rupanya pernah memiliki akun Facebook pribadi pada tahun 2008 hingga 2012.
Jadi, dia tahu tentang platform yang dia diskusikan.
Dilansir dari marie claire, dalam artikel baru di Fast Company berjudul, "Media sosial memecah belah kita. Bersama-sama, kita dapat mendesain ulangnya," Pangeran Harry melanjutkan pekerjaan yang telah dimulai.
Bersama sang istri, Meghan Markle, keduanya akan terus memiliki tujuan penting melalui lembaga nonprofit baru mereka.
Dan yang terkandung di dalam tulisan yang menyentuh dan bersemangat itu adalah referensi yang sangat pribadi atas perannya sebagai ayah dari bayi berusia 15 bulan, Archie.
Artikel tersebut dimulai dengan referensi dukungan Harry dan Meghan terhadap kampanye boikot Facebook.
"Empat minggu yang lalu, saya dan istri saya mulai menelepon para pemimpin bisnis, kepala perusahaan besar, dan kepala bagian pemasaran di merek dan organisasi yang kita semua gunakan dalam kehidupan sehari-hari."
"Pesan kami jelas: Lanskap digital sedang tidak sehat dan perusahaan seperti milik Anda memiliki kesempatan untuk mempertimbangkan kembali peran Anda dalam mendanai dan mendukung platform online yang telah berkontribusi, memicu, dan menciptakan kondisi krisis kebencian, krisis kesehatan, dan krisis kebenaran," tulis Harry.
Artikel tersebut kemudian mendorong perusahaan untuk membatasi praktik online.
Terutama kegiatan-kegiatan online yang tidak dapat diterima.
Harry juga mengajak masyarakat bekerja sama untuk merombak ruang online agar lebih didorong oleh belas kasih dan empati.
"Perusahaan yang membeli iklan online juga harus menyadari bahwa dunia digital kita berdampak pada dunia fisik — pada kesehatan kolektif kita, pada demokrasi kita, pada cara kita berpikir dan berinteraksi satu sama lain, pada cara kita memproses dan mempercayai informasi.
Karena, jika kita rentan terhadap kekuatan koersif dalam ruang digital, maka kita harus bertanya pada diri kita sendiri — apa artinya ini bagi anak-anak kita? Sebagai seorang ayah, ini membuat saya khawatir," tulisnya.
Sejujurnya, seluruh bagian itu layak dibaca — itu menarik dan jelas bersifat pribadi bagi bangsawan.
Wah, bagaimana menurutmu?
(*)
Larang Ayah Rozak Jadi Calon Wali Kota Depok, Ayu Ting Ting Ngaku Tolak Tawaran Terjun ke Dunia Politik, Ternyata ini Alasannya
Source | : | Marie Claire |
Penulis | : | Silmi Nur Aziza |
Editor | : | Nindya Galuh Aprillia |