Grid.ID - Kepala Staf TNI AD (KSAD) Jenderal Andika Perkasa belum lama ini memimpin acara serah terima jabatan (sertijab) termasuk yang terima oleh Mayjen TNI Dudung Abdurachman.
Tak hanya menyumpah Mayjen TNI Dudung Abdurachman, Jenderal Andika Perkasa memimpin acara setijab untuk tujuh jabatan dan menerima penyerahan dua jabatan di lingkungan TNI AD.
Namun siapa sangka, Mayjen TNI Dudung Abdurachman yang belum lama ini resmi diangkat Jenderal Andika Perkasa menjadi Panglima Kodam Jaya pernah mengalami hidup sulit.
Sebagai informasi, sertijab tersebut meliputi Pangkostrad, Pangdam II/Sriwijaya, Pangdam VI/Mulawarman, Pangdam Jaya, Gubernur Akmil, Asisten Personel Kasad, dan Kadislitbangad yang dilakukan pada Kamis (6/8/2020) lalu.
Melansir dari laman Kompas.com, serah terima jabatan itu dilakukan di lantai dasar Gedung E, Markas Besar Angkatan Darat, Jakarta.
"Serta penyerahan dua jabatan lainnya yaitu jabatan Danpusterad dan Kapuskesad," ujar Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen Nefra Firdaus dalam keterangan tertulis, Kamis (6/8/2020), seperti dilansir Grid.ID pada Minggu (16/8/2020).
Dalam momentum tersebut, Mayjen Dudung Abdurachman menggantikan jabatan Pangdam Jaya yang sebelumnya dijabat Mayjen Eko Margiyono.
Sementara Mayjen Eko Margiyono kini menjabat sebagai Pangkostrad yang diserah terimakan dari Letjen Besar Harto Karyawan.
Sedangkan Mayjen Dudung Abdurachman sebelumnya menjabat sebagai Gubernur Akmil kini digantikan oleh Brigjen Totok Iman.
Namun, jauh sebelum kini menjadi Panglima Kodam (Pangdam) Jaya, Dudung Abdurachman sempat mengalami hidup sulit.
Pria kelahiran Bandung, Jawa Barat ini sempat mengambil kayu bakar hingga keliling berjualan koran waktu dulu.
Hal ini seperti yang diungkap pria 54 tahun itu seperti terlihat dalam tayangan YouTube KompasTV yang diunggah pada (27/6/2020) lalu.
Dalam video tersebut, Dudung mengungkap kisahnya semasa dulu sempat jadi tukang loper koran dan juga berjualan jajanan pasar.
Pasalnya Mayjen TNI Dudung Abdurachman merupkana putra PNS dan delapan bersaudara.
"Pada tahun 1981, pas saya kelas 2 SMP bapak saya meninggal. Bapak saya kerja sebagai PNS di Siliwangi anaknya ada 8, sehingga setelah bapak nggak ada bantu ibu berjualan kue, kerupuk masih mentah, terasi," ungkap Dudung Abdurachman, seperti dilansir Grid.ID dari laman YouTube KompasTV, pada Minggu (16/8/2020).
Tak sampai di situ, Dudung kecil juga harus mencari kayu bakar untuk keperluan memasak sang ibu.
"Saya harus cari kayu bakar di sekitar rumah karena masak pakai kayu bakar," lanjutnya.
Ia bahkan harus keliling rumah-rumah untuk berjualan koran saat masuk SMA.
"Saya keliling asrama ke rumah-rumah jualan. Dulu itu saya tes masuk SMA keterima, tapi pas diantar ibu saya minta masuk yang SMA siang karena paginya saya ngantar koran dulu," terang Dudung Abdurachman.
Kenangan getir juga beberapa kali sempat dialami mantan Gubernur Akmil tersebut.
"Waktu itu yang punya koran itu pak Mulyono. Jam 4 pagi sudah ngambil koran tapi sebelum saya antar koran ke pelanggan saya baca dulu koran-koran itu supaya tahu perkembangan situasi.
Saya berangkat pakai sepeda saya sampai ditabok sama Mayor yang lakukan itu karena koran itu jatuh dan sedikit kotor," kenang Dudung.
Tak hanya kenangan saat mengantar koran, ketika mengantar kue buatan sang ibu di kodam pun, ia sempat mendapat perlakuan kurang baik.
"Lalu saya antar kue klepon ke kantin Kodam Siliwangi rupanya yang jaga itu Tamtama baru belum kenal, ditendang klepon itu. Terus saya ambil dan balik lagi," imbuhnya.
Namun, akibat insiden tersebut, Mayor Jenderal Dudung Abdurachman akhirnya berkeinginan jadi tentara.
"Dari situ saya mulai bangkit dan pengen jadi taruna. Artinya tidak boleh semena-mena kepada masyarakat," pungkas Mayjen Dudung Abdurachman. (*)
Viral Rumah Dijual Rp 27 Juta di Yogyakarta, Kondisinya Horor dan Bikin Merinding, Akan Dibeli Joko Anwar?
Source | : | Kompas.com,YouTube |
Penulis | : | Novita |
Editor | : | Novita |