Laporan Wartawan Grid.ID, Maria Novika Diah Siswari
Grid.ID - Berita duka kini datang dari dunia jurnalistik Tanah Air.
Wartawan senior serta pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama, dikabarkan meninggal dunia hari ini.
Melansir dari Kompas.com pada Rabu (9/9/2020), Jakob Oetama meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta.
Baca Juga: Awali Kariernya Sebagai Guru, Pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama Kini Tutup Usia
Meninggal dunia pada usia 88 tahun, Jakob Oetama wafat karena mengalami gangguan multiorgan.
Usianya yang sudah semakin renta pun memperparah kondisinya hingga akhirnya menghembuskan napas terakhir.
Sosok Jakob Oetama dikenal sebagai wartawan senior yang memiliki dampak besar pada dunia jurnalistik Tanah Air.
Dirinya pun dijadikan panutan oleh banyak jurnalis dari berbagai kalangan di Indonesia.
Mengutip dari TribunJakarta, Rabu (9/9/2020), perjalanan karir dari Jakob Oetama tidaklah mudah.
Tokoh pers nasional ini justru mengawali karier sebagai seorang guru di salah satu sekolah di Jakarta.
Baca Juga: Pameran HUT JO88, Bentuk Apresiasi Kompas Gramedia untuk Jakob Oetama
Cita-cita awal Jakob adalah menjadi pastor, namun pekerjaan ayahnya sebagai guru membuat Jakob untuk tidak melanjutkan cita-cita awalnya.
Jakob Oetama memulai kariernya setelah keluar dari Seminari di Yogyakarta.
Ia pun merantau ke Jakarta dan memulai karirnya sebagai guru di Yayasan milik kerabatnya di SMP Mardiyuwana Cipanas, Jawa Barat pada 1952 sampai 1953.
Baca Juga: Peringati Ulang Tahun Jakob Oetama ke-88, Kompas Gramedia Adakan Pameran Karya Instalasi
Setelah sukses mewujudkan cita-citanya sebagai guru, Jakob memilih kuliah B-1 Ilmu Sejarah. Setelah lulus melanjutkan di Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Publisistik di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Minat menulis Jakob tumbuh seiring dengan belajar sejarah.
Kecintaannya dengan dunia jurnalistik tumbuh ketika mendapat pekerjaan sebagai sekretaris redaksi mingguan Penabur di Jakarta dan memutuskan berhenti mengajar pada 1956.
Ia pun sempat dilanda kegundahan ketika ia harus memilih melanjutkan kariernya sebagai guru atau mendalami dunia jurnalistik.
Kemudian Jakob menemui Pastor JW Oudejans OFM, pemimpin umum di mingguan Penabur.
Oudejans, Pastor tersebut menasihatinya bahwa guru sudah banyak namun wartawan tidak.
Baca Juga: Jakob Oetama Raih Penghargaan Achmad Bakrie Sebagai Tokoh Jurnalisme
Saat itulah yang menjadikan titik balik Jakob untuk fokus menggeluti dunia jurnalistik.
Setelah itu, ia bersama dengan sahabatnya, PK Ojong, mendirikan sebuah majalah bernama Intisari.
Majalah Intisari yang didirikan oleh Jakob Oetama dan PK Ojong Bersama J. Adisubrata dan Irawati SH pertama kali terbit pada 17 Agustus 1963.
Baca Juga: Misa Pelepasan Jenazah Polycarpus Swantoro Dipadati Kerabat dan Karyawan Kompas Gramedia
Intisari ini lah yang menjadi awal dibentuknya Kompas Gramedia yang tetap berdiri hingga sekarang.
Nama Kompas sendiri merupakan pemberian dari Presiden Soekarno yang berarti penunjuk arah.
Jakob juga aktif dalam berbagai organisasi dalam maupun luar negeri.
Beliau pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Anggota DPR Utusan Golongan Pers, Pendiri dan Anggota Dewan Kantor Berita Nasional Indonesia, Anggota Dewan Penasehat PWI, Anggota Dewan Federation Internationale Des Editeurs De Journax (FIEJ), Anggota Asosiasi Internasional Alumni Pusat Timur Barat Honolulu, Hawai.
(*)
Tangis Nunung Pecah saat Singgung Soal Kariernya di Dunia Hiburan, Sebut Perannya Kini Sudah Tergantikan
Source | : | Kompas.com,Tribun Jakarta |
Penulis | : | Maria Novika |
Editor | : | Nesiana |