Grid.ID - Pada Selasa (15/9/2020), Uni Emirat Arab dan Bahrain menandatangani perjanjian untuk menjalin hubungan formal dengan Israel.
Di depan kerumunan ratusan orang di halaman Gedung Putih, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menandatangani kesepakatan dengan Menteri Luar Negeri Emirat Sheikh Abdullah bin Zayed al-Nahyan dan Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif Al Zayani.
Sementara Palestina menganggap hubungan itu sebagai pengkhianatan, pejabat UEA dan Bahrain sama-sama berusaha meyakinkan orang-orang Palestina bahwa negara mereka tidak meninggalkan mereka atau upaya mereka untuk menjadi kenegaraan di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
UEA mempresentasikan perjanjian tersebut sebagai pencegahan aneksasi yang direncanakan Israel atas wilayah Tepi Barat yang diduduki.
Namun Netanyahu berkeras bahwa pencegahan aneksasi tersebut itu “hanyalah sementara".
Namun, janji Israel tersebut rupanya cuma omong kosong belaka.
Nyatanya, Israel tetap melancarkan aksinya untuk melakukan aneksasi di wilayah Tepi Barat.
Pada Rabu, Israel telah menyetujui 2.166 rumah pemukim baru di seluruh Tepi Barat yang diduduki, menurut laporan AFP.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Intisari Online |