Laporan Wartawan Grid.ID, Mia Della Vita
Grid.ID- Film The Trial of the Chicago 7 telah dirilis di Netflix pada 16 Oktober 2020.
Film The Trial of the Chicago 7 mengisahkan tentang aksi protes damai yang berubah rusuh di acara Konvensi Nasional Partai Demokrat pada 1968.
Cerita dalam The Trial of the Chicago 7 diambil dari kisah nyata yang terjadi di Chicago pada 1968.
Terdiri dari 7 anggota, Chicago 7 awalnya melakukan aksi protes damai bersama ribuan demonstran lain saat Konvensi Nasional Partai Demokrat di Chicago pada 1968.
Mereka menuntut agar pemerintah menghentikan perang antara Amerika Serikat dan Vietnam.
Pasalnya, peperangan itu telah menghilangkan nyawa 1.000 tentara Amerika setiap bulannya.
Namun aksi demonstrasi itu berubah menjadi kacau. Chicago 7 pun ditahan atas tuduhan pemicu kerusuhan.
Sedikit berbeda dari versi filmnya, kisah nyata Chicago 7 sebenarnya jauh lebih sadis.
Grid.ID telah merangkum beberapa fakta mengerikan di balik The Trial of the Chicago 7, dikutip dari berbagai sumber.
Kepala Salah Satu Anggota Chicago 7 Dipukul Polisi
Salah satu terdakwa kerusuhan, Rennie Davis awalnya datang untuk memprotes secara damai.
Tapi polisi datang menyerangnya sambil memegang tongkat dan berteriak, 'Bunuh Davis!"
Begitulah kata Rennie Davis mengingat kembali momen dirinya dipukuli polisi hingga nyaris tewas.
"Saat mereka mendekatiku, aku benar-benar bisa mendengar polisi berteriak, 'Bunuh Davis!'"
"Aku dipukul di kepala dan terlempar ke tanah. Aku merangkak dengan kedua tanganku mencoba untuk pergi dan hanya dipukuli dan dipukuli."
"Aku pikir yang menyelamatkanku hari itu, sejujurnya, adalah pagar rantai kecil di taman."
"Aku bisa masuk ke bawah pagar rantai. Itu memberiku waktu tiga detik untuk pergi, berdiri dan naik ke sisi lain. Aku lalu pingsan," kenangnya dikutip dari The Guardian, Rabu (21/10/2020).
Davis kemudian pergi ke rumah sakit dan diberi 13 jahitan dan berhasil menghindari penangkapan.
"Polisi menyadari bahwa aku dipandang sebagai penyelenggara acara ini, jadi mereka datang ke rumah sakit dan melakukan pencarian kamar demi kamar mencoba menemukanku."
"Salah satu hal yang paling menakjubkan dari dampak yang kami alami terhadap kota ini adalah bahwa ada perawat yang benar-benar mempertaruhkan seluruh karier mereka."
"Mereka menempatkanku di troli dan menutupiku dengan seprai, memindahkan dari kamar ke kamar untuk menghindari pencarian polisi sampai aku bisa keluar," ungkapnya.
Bobby Seale Diikat di Kursi Sidang Selama Berhari-hari
Sidang Chicago 7 awalnya terdiri dari 8 tersangka, termasuk Bobby Seale, pimpinan Black Panther.
Bobby Seale juga dituduh melakukan konspirasi untuk melintasi batas negara dengan niat untuk menyebabkan kerusuhan.
Namun kasus Seale akhirnya dikeluarkan dari Chicago 7 tidak lama setelah dia terikat dan disumpal di ruang sidang.
Dalam film arahan Aaron Sorkin, Seale mungkin hanya terikat sebentar atau selama satu hari proses pengadilan.
Tapi sebenarnya, ia hadir di pengadilan selama beberapa hari dengan terikat di kursinya di hadapan para juri.
Baca Juga: Kembali ke Layar Lebar, Selena Gomez Jadi Pemain Sekaligus Produser Film Horor
Ia tidak dapat berbicara dan bersuara, sampai pengacara William Kunstler mengkritik pimpinan sidang.
"Ini bukan lagi pengadilan, Yang Mulia, ini adalah ruang penyiksaan abad pertengahan," katanya.
Dalam sebuah wawancara, Seale menceritakan secara rinci bagaimana kejadian di sidang waktu itu.
Dia menggambarkan kepalanya dibungkus sehingga hanya mata dan hidungnya yang terlihat.
Sementara kakinya diikat dengan perban. Pada hari terakhir dia diikat, Seale sempat merasakan kehilangan tekanan darah.
"Penjaga besar mulai memukuli kepalaku. Abbie melompat dari kursi mereka, mencoba membantuku."
"Penjaga membanting mereka kembali ke kursi. Aku mencoba untuk membalikkan tanganku, tangan kananku."
"Kemudian penjaga lainnya menurunkan tanganku dan memukul dan menjatuhkanku lagi. Mereka benar-benar menyiksaku," ceritanya dikutip dari The Wrap, Rabu (21/10/2020).
(*)
Source | : | The Guardian,thewrap.com |
Penulis | : | Mia Della Vita |
Editor | : | Nesiana Yuko Argina |