Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Gairah seks yang sangat kuat ternyata tak juga menguntungkan.
Perilaku tersebut bisa menjadi tanda bahwa kita mengalami hiperseksualitas.
Kondisi ini membuat penderitanya memiliki fantasi seksual yang berlebihan serta dorongan atau perilaku seks yang sulit dikendalikan.
Hal itu akan membuat penderita tertekan dan berdampak buruk pada kesehatan, pekerjaan, dan hubungan.
Baca Juga: Blak-blakan, Nikita Mirzani Akui Berperilaku Hiperseks
Menurut laman Psychology Today via Kompas.com, belum ada kepastian mengenai penyebab perilaku hiperseksual.
Namun di kalangan remaja, hal ini bisa diakibatkan oleh pengalaman traumatis, stres, dan gangguan kesehatan mental.
Pria dan wanita sama-sama memiliki peluang untuk mengalami hiperseksual.
Gangguan hiperseksual ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang orientasi seksual (apakah heteroseksual, homoseksual, atau biseksual).
Pada kondisi tertentu, orang yang mengalami hiperseks mungkin terlibat dalam aktivitas seperti pornografi, prostitusi, masturbasi, dan masih banyak lagi.
Baca Juga: Sering Salah Kaprah, Kenali Perbedaan Hiperseks dengan Libido Tinggi, Sekilas Mirip Tapi Tidak Sama!
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan kondisi ini dalam gangguan perilaku seksual kompulsif.
Kondisi hiperseks juga ternyata masuk ke dalam kategori gangguan jiwa.
Pada tahun 2010, American Psychiatric Association merilis draf, kriteria awal yang dapat mendefinisikan "kecanduan seks", yang secara resmi disebut Gangguan Hiperseksual.
Gangguan hiperseksual hanya dapat didiagnosis pada orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih, menurut kriteria draf tersebut.
Dilansir Grid.ID dari laman Grid Health, berikut ini yang disebut gangguan hiperseksual:
Baca Juga: Jarang yang Tahu, Enji Disebut Pernah Tiduri 6 Wanita Ini, Siapa Saja?
1. Fantasi seksual berulang
Dalam periode setidaknya enam bulan, seseorang mengalami fantasi seksual yang berulang dan intens, serta dorongan seksual.
Waktu yang berlebihan pun dihabiskan oleh fantasi dan dorongan seksual, serta dengan merencanakan dan terlibat dalam perilaku seksual.
Kemudian, terlibat secara berulang-ulang dalam fantasi, dorongan, dan perilaku seksual ini sebagai respons terhadap keadaan suasana hati disforik (misalnya, kecemasan, depresi, kebosanan, mudah tersinggung).
Baca Juga: Pacarmu yang Pendiam itu Bisa Jadi Seorang Hiperseks, Bila Punya 10 Ciri ini
2. Mengalami tekanan pribadi
Orang tersebut mengalami tekanan atau gangguan pribadi yang signifikan secara klinis dalam bidang fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
Kemudian juga terkait dengan frekuensi dan intensitas fantasi, dorongan, serta perilaku seksual.
3. Fantasi bukan dorongan fisiologis
Fantasi, dorongan, dan perilaku seksual ini bukan karena efek fisiologis langsung dari obat-obatan atau pengobatan.
Adapun beberapa aktivitas yang mungkin terlibat dalam kondisi gangguan hiperseks termasuk onani, pornografi, perilaku seksual dengan persetujuan bagi orang dewasa (berhubungan intim secara intens dengan pasangan yang setuju), cyber seks, telepon seks, bahkan klub telanjang.
(*)
Source | : | Kompas.com,Grid Health |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Deshinta Nindya A |