Grid.ID - Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas menyalurkan bantuan alat perlengkapan pribadi kepada pengungsi erupsi Merapi di sejumlah titik di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Bantuan itu diberikan untuk membantu memberi kenyamanan para pengungsi.
“Berdasarkan hasil survei kami di sejumlah pengungsian, bantuan berupa peralatan pribadi sering kali terlewatkan. Padahal, peralatan pribadi bisa menambah kenyamanan masyarakat di pengungsian,” kata Manajer Eksekutif Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas Anung Wendyartaka, Minggu (15/11), di Balai Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Sebagian masyarakat di kawasan rawan bencana III Jateng dan DIY sudah mulai diungsikan sejak status Gunung Merapi dinaikkan dari Waspada (II) menjadi Siaga (III) pada 5 November lalu.
Prioritas warga yang diungsikan adalah warga lanjut usia, anak balita, ibu hamil, dan penyandang disabilitas. Di Kabupaten Magelang, warga dari sembilan dusun di kawasan rawan bencana III diungsikan di sembilan titik pengungsian.
Ratusan warga desa yang tidak dikategorikan kawasan rawan bencana pun ikut mengungsi karena trauma akibat erupsi Merapi 2010. Mereka adalah warga Desa Keningar, Kecamatan Dukun.
Meski kebutuhan pangan dan papan para pengungsi tercukupi saat di pengungsian, tetapi belum semua peralatan penunjang kenyamanan pengungsi tersedia.
Anung merinci bantuan yang diberikan kepada pengungsi di Magelang berupa selimut, kasur, tikar, bantal, sarung, handuk dewasa, handuk bayi, peralatan mandi, popok dewasa, pembalut wanita, popok bayi, ember, gayung, pakaian dalam, susu ibu hamil, mukena, dan obat-obatan. Semua itu berasal dari sumbangan pembaca Harian Kompas yang masuk melalui Dana Kemanusiaan Kompas.
Bantuan juga diberikan kepada titik pengungsian di Boyolali, Klaten, dan Sleman. Setiap tempat mendapat bantuan sesuai kebutuhan.
“Kalau di Sleman, pengungsi membutuhkan mainan dan buku untuk anak-anak. Kemudian di Boyolali, bantuan yang kami salurkan berupa bahan makanan, seperti telur, tepung beras, dan tepung terigu,” ujar Anung.
Kepala Desa Banyurojo Iksan Maksum menyatakan bantuan dari pembaca Kompas sangat berarti bagi para pengungsi dari Desa Babadan I yang mengungsi di tempatnya. “Kami sangat berterima kasih dengan adanya bantuan ini. Bantuan ini sangat sesuai dengan kebutuhan pengungsi yang sejak kemarin memang belum terpenuhi,” kata Iksan.
Sementara itu, Wahyudi, koordinator pengungsi dari Desa Babadan, Kecamatan Dukun, menceritakan tentang sejumlah pengungsi yang datang tanpa persiapan penuh sehingga lupa membawa perlengkapan harian.
“Kalau mau mencuci pakaian bingung karena tidak ada ember. Terus kalau mau menata pakaian tidak ada tempatnya, jadi pakaian berantakan,” ucap Wahyudi.
Ia menuturkan warga Desa Babadan I senang karena perlatan yang dibutuhkan dari seminggu lalu akhirnya mereka dapatkan. Anak-anak di pengungsian juga memerlukan bantuan berupa buku bacaan.
Ia menyatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak Kompas untuk upaya penyaluran bantuan buku bacaan anak.
Inilah Wajah Pemenang Lomba Mirip Nicholas Saputra, Kantongi Rp500 Ribu, Mata dan Hidung Plek Ketiplek?