Laporan Wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti
Grid.ID - Malam pergantian tahun sudah berada di depan mata.
Tak sampai 24 jam, tahun 2020 akan segera berakhir dan beranjak ke tahun 2021.
Namun, pergantian tahun kali ini diketahui tak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Mengingat adanya pandemi covid-19 yang masih menyebar secara masif.
Tentu saja, perayaan tahun 2021 tak bisa dilakukan dengan meriah beserta gegap gempita seperti tahun-tahun sebelumnya.
Tak hanya dilarang oleh pemerintah, namun perayaan malam tahun baru memang harus diturunkan terlebih dahulu.
Demi kesehatan dan kenyamanan bersama, ada baiknya jika perayaan tahun baru 2021 tetap di rumah saja.
Namun sayang, hal ini tampaknya menjadi kabar duka untuk sebagian orang.
Menilik tahun-tahun sebelumya, para penjual terompet di tahun 2020 ini mengaku mengalami kerugian.
Terlanjur gelontorkan modal untuk mempersiapkan kemeriahan malam pergantian tahun, para pengrajin terompet mengaku kecewa.
Dikutip dari Tribunnews.com, Kamis (31/12/2020), sejumlah pengrajin terompet di Desa Ngaglik, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri akui telah kecele.
Salah satu pengrajin bernama, Sutrisno mengakui dirinya dan ratusan rekannya saat ini tengah dilanda keresahan.
Sebab beberapa di antaranya sudah mempersiapkan modal untuk membuat kerajinan terompet tersebut.
Baca Juga: Tahun Baru 2021: Yuk Kenali 4 Makanan Buat Menyambut Pergantian Tahun di Berbagai Belahan Dunia
"Ada anjuran pemerintah untuk tidak keluar, jadi berhenti (buat terompet). Pesenan juga tidak ada," katanya Kamis (31/12/2020).
Ya, untuk mempersiapkan produksi terompet, Sutrisno sendiri mengaku sudah mengeluarkan dana sebesar Rp 700 ribu.
Namun, sayang dana tersebut harus terhenti mengingat adanya imbauan dari pemerintah.
"Tadinya saya mau buat, tapi ada aturan dilarang membunyikan terompet ya gak jadi," ucapnya.
"Biasanya warga sini mulai bulan Oktober sudah mulai persiapan untuk produksi," imbuhnya.
Kendati demikian, Sutrisno berharap kerajinan yang terlanjur dibuat masih dapat dijual tahun depan.
"Harapannya pandemi ini bisa segera berakhir, agar ekonomi bisa kembali normal," harapnya.
Mengingat tahun-tahun sebelumnya, Sutrisno mengaku selalu banjir pesanan saat pergantian tahun datang.
Dia mengatakan, mendapatkan pesanan dari berbagai kota, seperti Yogyakarta, Semarang, dan Solo.
"Tahun kemarin itu ada supermarket yang pesan, tapi tahun ini tidak ada," kata dia.
Bahkan, Sutrisno mengaku berhasil menjual terompet sekitar seribu dengan berbagai bentuk dan harga yang beragam.
"Kalau harganya beda-beda, tergantung bentuknya. Kalau yang biasa hanya Rp 10 ribu, tapi yang bentuk naga itu harganya Rp 20 ribu," tandasnya.
Dikutip dari Kompas.com, hal senada juga dilontarkan penjual terompet bernama Sudarmo (55), warga Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Hingga menjelang malam pergantian tahun, terompet kertas buatannya masih menumpuk di rumah dan belum ada yang terjual.
"Kalau dulu hari-hari seperti ini terompet saya sudah banyak (dijual pedagang) di jalan-jalan. Kalau sekarang nggak ada satupun yang keluar (terjual)," tutur Sudarmo, Selasa (29/12/2020).
Sejak pemerintah mengumumkan larangan perayaan Tahun Baru, ia hanya membuat 100 terompet dengan bentuk bervariasi.
"Tapi kenyataannya (terompet) yang sudah jadi saja sampai sekarang tidak ada yang keluar, karena katanya tidak boleh ada acara, tidak boleh ada kerumunan," kata Sudarmo.
(*)
Bikin Syok, Nadia Vega Ungkap Sudah Lama Cerai dari Suami Bulenya: Penginnya Seumur Hidup, tapi...
Source | : | Kompas.com,Tribun Solo |
Penulis | : | Novia |
Editor | : | Nesiana Yuko Argina |