Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Rabu (13/1/2021), telah dilakukan penyuntikan vaksin Covid-19 pertama, yaitu kepada Presiden Joko Widodo.
Proses tersebut dilakukan di Istana Negara, Jakarta, serta disiarkan secara langsung kepada masyarakat.
Seperti diwartakan laman Tribunnews.com, sebelum melakukan vaksinasi, tenaga kesehatan (Nakes) melakukan cek kesehatan kepada Jokowi terlebih dahulu.
Nakes itu juga mengajukan beberapa pertanyaan terkait kesehatan Jokowi selama seminggu sebelumnya.
Bukan hanya Presiden Jokowi, beberapa nama juga terlihat dalam daftar penerima vaksin, seperti dr. Daeng M. Faqih, (Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia), Dr. H. Amiesyah Tambunan, (Sekjen Majelis Ulama Indonesia), Raffi Ahmad (selebriti), dan masih banyak lagi.
Setelah divaksin, kini muncul pertanyaan, berapa lama kekebalan tubuh seseorang terbentuk?
Baca Juga: Wajahnya Disebut Banyak Berubah, Aurel Dibilang Makin Mirip Millen Cyrus
Dilansir Grid.ID dari Kompas.com, hal tersebut akhirnya dijelaskan oleh spesialis penyakit dalam konsultan endokrin metabolik diabetes, DR Dr Indra Wijaya, SpPD-KEMD, MKes, FINASIM.
Menurtunta, rata-rata vaksin mengeluarkan dua dosis.
Vaksin Sinovac yang telah didistribusikan, misalnya, memiliki rentang waktu dua minggu atau 14 hari antara pemberian dosis pertama dan kedua.
Dosis pertama diberikan dengan tujuan agar tubuh mengenali antigen (vaksin yang diinjeksikan), sehingga tubuh bisa mulai membentuk antibodi pada titer tertentu.
Baca Juga: Meski Tak Mendapat Restu, Arie Kriting Mantap Nikahi Indah Permatasari dengan Mahar Emas 12 Gram
Sehingga pada dosis kedua diharapkan bisa terbentuk lebih tinggi lagi.
"Efikasinya sejak vaksin pertama disuntik, antara dosis pertama dan kedua kan dua minggu. Dalam dua minggu titernya sudah tinggi sekali bisa mencapai 99 persen lebih dari yang diharapkan," jelasnya.
Adapun titer antibodi orang yang telah divaksin akan tetap tinggi, bahkan hingga tiga bulan setelahnya.
Indra memperkirakan, vaksin lain pun memberikan efek serupa.
Hanya saja, para ahli hingga saat ini masih meneliti berapa lama kekebalan tubuh terhadap Covid-19 itu dapat bertahan pada orang-orang yang telah divaksin.
Selain karena virus tersebut masih sangat baru, adanya mutasi virus membuat para peneliti seluruh dunia masih terus mengumpulkan data tentang Covid-19.
"Salah satu contohnya vaksin flu diharapkan (diberikan) satu tahun sekali. Mungkin saja Covid-19 diminta satu tahun sekali booster. Kita tunggu saja penelitiannya," ungkap Indra.
Lebih lanjut, menurut Indra, masyarakat seharusnya tak perlu lagi takut untuk menerima vaksinasi.
Hal ini karena dari segi efek samping, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyebutkan kejadian efek samping berat untuk Sinovac sangat rendah, yaitu berkisar 0,1-1 persen.
Baca Juga: Sambil Disuntik Vaksin, Risa Saraswati Acungkan Dua Jari
Efek samping pun dikatakan tidak berbahaya dan bisa pulih.
"Kebanyakan sakit di tempat suntik, demam juga jarang," kata Indra.
Terakhir, ia meminta masyarakat untuk percaya dengan semua dokter di dunia yang tengah berusaha memberikan perawatan terbaik, termasuk dalam hal vaksin Covid-19.
Masyarakat harus tetap disiplin menerapkan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak).
Dengan begitu, angka penyebaran Covid-19 bisa semakin dicegah.
(*)
Berjuang Halalin Pacar di Jepang dan Sudah Dilamar, Pria Wonogiri Berujung Ditinggal Nikah: Tak Kusangka
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Nurul Nareswari |