Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Beberapa hari belakangan, penyanyi Ashanty sedang menjadi perbincangan publik.
Hal ini lantaran ia dituding menelantarkan Muhammad Putra, penjual cilok viral yang kemudian dijadikan anak angkatnya.
Seperti diwartakan Grid.ID (8/2/2021), Abdul Hamim Jauzie yang merupakan pihak LBH Keadilan sekaligus pihak yang mengenal Putra menjelaskan hal ini.
Abdul Hamim Jauzie mengungkapkan, Ashanty tak memenuhi janjinya karena memutus biaya sekolah Muhammad Putra di satu pesantren daerah Bogor, Jawa Barat.
Padahal, Ashanty janji akan menyekolahkan Muhammad Putra hingga kuliah.
Menanggapi hal ini, Ashanty memberikan klarifikasi dan kebingungan terhadap tuduhan tiba-tiba yang ditujukan pada dirinya.
"Kalau saya melakukan pembohongan publik, pembohongan yang mana?" ungkap Ashanty saat dikutip Grid.ID di YouTube, Senin (8/2/2021).
"Yang mau keluar dari pesantren itu siapa, coba? Alhamdulillah baik voice note, baik WhatsApp, maupun video, kita semua masih lengkap."
Istri Anang Hermansyah ini pun menuturkan alasan tak mau menjelaskan masalah yang terjadi sebenarnya.
"Kenapa saya nggak pernah share apa yang terjadi dengan saya dan Putra? Karena saya terlalu sayang, terlalu kasihan sama anak ini," ungkap Ashanty.
Jika hal tersebut dibeberkan ke publik oleh Ashanty, maka Muhammad Putra akan dicemooh oleh netizen.
"Kalau sampai saya ceritakan apa yang sebenarnya terjadi, satu Indonesia akan bully dia," kata Ashanty.
Berbicara mengenai bullying, hal ini memang sangat tidak baik dialami, terlebih bagi anak-anak.
Mengutip laman Gerakan Literasi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, ternyata 50% siswa pernah mengalami bullying atau perundungan di sekolah (UNICEF, 2015).
Bullying adalah perilaku tidak menyenangkan baik secara verbal, fisik, ataupun sosial di dunia nyata maupun dunia maya.
Hal itu membuat seseorang merasa tidak nyaman, sakit hati, dan tertekan.
Perundungan dianggap telah terjadi bila seseorang merasa tidak nyaman dan sakit hati atas perbuatan orang lain padanya.
Lebih lanjut, dikutip Grid.ID dari Nakita.id, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengatakan bahwa bullying memengaruhi 20% siswa sekolah menengah dan cyberbullying memengaruhi 16% siswa sekolah menengah.
Bullying dapat memiliki konsekuensi negatif jangka pendek dan jangka panjang bagi korban.
Efek dari bullying yang dirasakan setiap anak akan cenderung berbeda selama atau setelah menjadi korban bullying oleh teman sebayanya.
Sebuah studi UCLA dilakukan terhadap 2.300 siswa di sebelas sekolah menengah di Los Angeles.
Studi tersebut menemukan bahwa tingkat bullying yang tinggi dikaitkan dengan pencapaian nilai akademis korban yang lebih rendah di tiga tahun sekolah menengah.
Kemudian, siswa yang menjadi korban bullying dinilai akan cenderung memiliki kinerja akademis yang jauh lebih buruk daripada rekan-rekan mereka.
Apabila anak yang menjadi korban bullying segera mendapatkan perawatan kesehatan mental dan juga sistem pendukung lainnya, maka korban dapat mencegah konsekuensi jangka panjang dari bullying tersebut.
Namun, tanpa penanganan yang baik, anak yang menjadi korban bullying akan berisiko mengalami hal berikut ini:
- Depresi kronis
- Meningkatnya risiko pikiran untuk bunuh diri, rencana bunuh diri, dan upaya bunuh diri
- Gangguan kecemasan
- Gangguan stres pasca-trauma
- Kesehatan umum yang buruk
- Perilaku merusak diri sendiri, termasuk melukai diri sendiri
- Penyalahgunaan zat
- Kesulitan membangun kepercayaan, persahabatan, dan hubungan timbal balik
Baca Juga: Status Putra Sebagai Anak Angkat Ashanty dan Anang Hermansyah Disebut Tak Ada Legalitas
Parahnya, hal ini juga bisa bisa diibaratkan sebagai benih dari banyak kekerasan lain, seperti tawuran, intimidasi, pengeroyokan, pembunuhan, dan sebagainya.
(*)
Source | : | Grid.ID,Nakita.ID,kemendikbud.go.id |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Okki Margaretha |