Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Wulan Guritno merupakan salah satu artis papan atas Tanah Air.
Sudah lama malang melintang di dunia seni peran, siapa sangka bahwa ia juga memiliki kenangan yang cukup menyedihkan.
Mengutip laman Kompas.com, pada 2002 silam, Wulan Guritno bercerai dari aktor Attila Syach saat telah dikarunia seorang putri, Shaloom Razade.
Saat itu, rumah tangannya telah berjalan sekitar empat tahun.
Wulan Guritno pun tak menampik bila ada trauma perceraian yang berdampak terhadap sikap Shaloom.
"Ya enggak usah diulang lagi cuma kejadian waktu itu kan kita ada perebutan anak, ada tragedi-tragedi itulah. Shaloom tuh kalau dengar 'ceklek' (suara pintu) dia langsung kayak kaget," ungkap Wulan Guritno dalam video YouTube RioMotret.
Bentuk trauma tersebut sempat hilang, tetapi Shaloom mengalami hal lain.
"Akhirnya dia over cari perhatian. Ya itu gimana kita sebagai orang tuanya menetralisir itu kan, tugas kita karena kita yang udah membuat sebuah kesalahan perpisahan itu," beber wanita berusia 39 tahun ini.
Setelah beranjak remaja, Wulan Guritno mengamati bahwa Shaloom cukup kesulitan untuk menaruh kepercayaan kepada orang baru.
Bukan introvert, pasalnya Shaloom sangat pintar bergaul.
Namun, menurut Wulan Guritno putrinya itu tak mau mengenal sembarang orang terlalu mendalam.
Adapun perceraian suami istri memang tidaklah mudah.
Jika ada anak-anak yang terlibat, perceraian bisa menjadi situasi yang sangat sensitif.
Berikut ini beberapa dampak perceraian bagi anak seperti Grid.ID rangkum dari laman Healthline.
1. Marah
Kemarahan dapat menyerang semua usia, tetapi terutama terjadi pada anak-anak dan remaja usia sekolah.
Kemarahan bahkan dapat terjadi ke dalam.
Artinya, beberapa anak menyalahkan diri sendiri atas perceraian orang tua mereka.
2. Menarik diri secara sosial
Orang tua mungkin juga memperhatikan bahwa anak menjadi sangat pemalu atau cemas.
Mereka mungkin sedang memikirkan dan merasakan banyak hal.
3. Penurunan nilai akademis
Secara akademis, anak-anak yang mengalami perceraian dapat memperoleh nilai yang lebih rendah, bahkan menghadapi tingkat putus sekolah yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman-teman mereka.
4. Merasa cemas
Anak-anak yang lebih kecil mungkin menunjukkan tanda-tanda kecemasan akan perpisahan, seperti tangisan yang meningkat.
5. Mengalami kemunduran
Balita dan anak prasekolah yang berusia antara 18 bulan hingga 6 tahun dapat kembali ke perilaku seperti mengompol, mengisap jempol, dan amarah yang tinggi.
6. Pola makan dan tidur berubah
Efek ini terutama terlihat pada anak-anak yang mengalami perpisahan sebelum berusia 6 tahun.
7. Anak mungkin memihak
Ketika orang tua bertengkar, penelitian menjelaskan bahwa anak-anak mengalami disonansi kognitif dan konflik loyalitas.
Ini cara untuk mengatakan bahwa mereka merasa tidak nyaman terjebak di tengah, tidak tahu apakah mereka harus berpihak pada satu orang tua daripada yang lain.
8. Depresi
Meskipun seorang anak pada awalnya merasa sedih, penelitian melaporkan bahwa anak-anak yang bercerai berisiko alami depresi klinis.
9. Terlibat dalam perilaku berisiko
Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, perilaku agresif, dan pengenalan dini pada aktivitas seksual juga dimungkinkan.
Baca Juga: Tampil Anggun dan Seksi, Wulan Guritno Disebut Mirip Gal Gadot
10. Enggan berkomitmen
Ada kemungkinan besar anak-anak memiliki posisi yang sama dengan orang dewasa.
Perpisahan antara orang tua dapat mengubah sikap anak terhadap hubungan secara umum.
Mereka mungkin kurang tertarik untuk memasuki hubungan jangka panjang yang berkomitmen.
(*)
Lagi-lagi Ditegur KPI, Ivan Gunawan Protes Disuruh Lepas Kalung saat Bintangi Acara Ini: Kasih Tahu Aku Alasannya!
Source | : | Kompas.com,Healthline |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Nesiana Yuko A |