Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum
Grid.ID – Kehidupan pernikahan penyanyi Nindy Ayunda masih menjadi perbicangan hangat netizen hingga saat ini.
Pasalnya, ada berbagai kasus yang menimpa Nindy mulai dari suaminya, Askara Parasady Harsono, yang ditangkap karena narkoba hingga Nindy yang menggugat cerai suaminya.
Usut punya usut, Nindy menggugat cerai Askara karena mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Kabar terbarunya, Nindy sampai mengalami trauma karena kejadian yang menimpanya.
Melansir GridFame.id, hal itu dikatakan oleh Dicky Kurniawan, kuasa hukum Nindy, di kanal YouTube Cumicumi yang tayang Kamis (11/2/2021).
Menurut Dicky, kliennya itu sakit sehingga tidak dapat menghadiri sidang perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
"Saya sih belum tahu (sakit apa), karena belum monitor sampai sejauh itu. Cuma informasi dari Bu Nindy bahwa dia sedang sakit. Kondisi Bu Nindy saat ini sedang mengalami trauma, ditambah lagi kan suaminya sekarang sedang menjalani masalah hukum di Polres Metro," ujar Dicky seperti yang dikutip dari GridFame.id.
Meski begitu, Dicky mengatakan trauma yang dialami Nindy sangat terlihat jelas dari tingkah lakunya yang tidak biasa.
"Sampai saat ini belum ada cerita, cuma dari tingkah lakunya Bu Nindy sendiri aja yang terlihat jelas bahwa dia mengalami trauma. Dia lebih senang menyendiri di rumah, dan tidak mau membaur dulu dengan siapa-siapa. Saat ini Bu Nindy lebih sering ke rumah orangtuanya," pungkasnya.
Tentunya ini sangat memprihatinkan, sebab KDRT ternyata memberikan dampak psikologis pada korban KDRT.
Namun bukan hanya trauma yang kemungkinan bisa terjadi.
Melansir Nova.id, penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Depression and Anxiety menunjukkan, perempuan korban KDRT berisiko tiga kali lebih besar terkena gejala kejiwaan seperti schizophrenia.
Skizofrenia adalah salah satu penyakit otak dan mental yang serius.
Perkataan skizofrenia atau schizophrenia hanya kerap digunakan oleh para doktor untuk menyebut orang sakit mental.
“Kami mempelajari dampak kekerasan dalam rumah tangga pada risiko masalah kesehatan mental, terutama depresi. Kami juga mempelajari peran faktor-faktor tertentu dari sejarah pribadi korban, seperti kekerasan masa kanak-kanak dan kemiskinan ekonomi,” kata penulis pertama Isabelle Ouellet-Morin, profesor di School of Kriminologi di Universitas Montreal di Kanada.
Masih melansir Nova.id, terdapat sebuah penelitian besar pada 1000 wanita yang dilakukan selama lebih 10 tahun.
Selama dekade ini, para peneliti melakukan beberapa wawancara untuk menentukan apakah peserta telah mengalami kekerasan dari pasangan mereka dan apakah mereka menderita gangguan kesehatan mental.
Hasilnya, lebih dari sepertiga wanita dilaporkan menderita menderita depresi karena kekerasan dari pasangan mereka.
Lebih spesifik, sebuah jurnal ilmiah Universitas Islam Sultan Agung menyebutkan bahwa dampak kekerasan dalam rumah tangga terhadap istri sebagai korbannya adalah sakit fisik, tekanan mental, serta menurunnya rasa percaya diri dan harga diri.
Bahkan, besar kemungkinan juga untuk korban KDRT merasa ingin bunuh diri akibat trauma dan depresi yang berkepanjangan.
(*)
Kimberly Ryder Klarifikasi soal Lemari Plastik yang Jadi Omongan Netizen, Ada Sejarah Miris di Baliknya
Source | : | Nova,Grid Fame,Majalah Ilmiah Sultan Agung |
Penulis | : | Ragillita Desyaningrum |
Editor | : | Nurul Nareswari |