Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum
Grid.ID – Untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi, anak butuh untuk bermain dengan teman-teman di sekolah ataupun di lingkungan rumahnya.
Semakin banyak orang yang berkomunikasi dengan anak, maka akan semakin bertambah pula pengalaman dan ilmu anak dalam berkomunikasi.
Bermain atau berkunjung ke suatu tempat pun dapat membuat anak menjumpai berbagai jenis situasi yang dapat dijadikan pembelajaran.
Baca Juga: Anak Suka Pilih-pilih Makanan? Alyssa Soebandono Lakukan Trik Ini!
Namun, situasi pandemi saat ini membatasi gerak anak-anak untuk bermain dan menikmati dunia luar dengan bebas.
Lalu, bagaimana caranya supaya anak tetap bisa berlatih berkomunikasi dan bersosialisasi meskipun berada di rumah saja?
Menanggapi pertanyaan ini, Psikolog Anak dan Keluarga, Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., Psi. mengungkapkan bahwa masih ada banyak cara untuk membuat anak aktif berkomunikasi dan bersosialiasi di masa pandemi.
Dalam Konferensi Pers Peluncuran SGM Eksplor Pro-gress Maxx dengan IronC yang dihadiri Grid.ID pada Kamis (18/02/2021), psikolog yang akrab disapa Nina itu merekomendasikan dua metode untuk melatih kemampuan komunikasi dan sosialisasi anak.
Metode yang pertama adalah dengan aktif mengajak anak berbicara atau mengobrol.
Mengajak anak mengobrol dinilai dapat menstimulasi anak untuk aktif berbicara sekaligus mendekatkan hubungan orangtua dengan anak.
Nina juga mengingatkan supaya orangtua menaruh fokus sepenuhnya pada anak ketika mengbrol.
“Jangan sampai bunda ngajak ngobrol tapi matanya berkontak ke layar handphone,” ujar Nina.
Selain itu, Nina juga menekankan pentingnya untuk berkomunikasi dengan anak menggunakan bahasa yang paling banyak dipakai oleh lingkungan sekitarnya.
Baca Juga: Apa Dampaknya Jika Anak Mengalami Anemia Karena Kurang Zat Besi?
“Jadi kalau di banyak menggunakan Bahasa Indonesia, gunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, bukan yang dicampur campur,” papar Nina yang mengacu pada kekeliruan banyak orang tua yang menginginkan anaknya untuk menjadi bilingual dengan mencampurkan dua bahasa.
“Bilingual penerapannya bukan dicampur campur bahasanya,” tegas Nina.
Selain mengajak anak berbicara, metode lain yang direkomendasikan Nina adalah dengan bermain peran atau roleplay.
Layaknya bermain drama, bermain peran atau roleplay pun membutuhkan skenario yang imajinatif.
Sebagai contoh, Nina membuat skenario yang menggambarkan situasi ketika seseorang bertamu ke rumah.
Orang tua bisa memainkan peran sebagai orang yang mau bertamu, sedangkan anak berperan sebagai pemilik rumah.
Baca Juga: 8 Manfaat Tidur Siang, Salah Satunya Baik untuk Kesehatan Jantung
Nantinya, orang tua dapat memberikan salam layaknya orang bertemu pada umumnya sedangkan anak dapat diarahkan untuk menerima tamu lalu menyajikan minuman untuk tamu.
“Dengan latihan ini, anak jadi tahu kalau kelak dia menemukan situasi serupa, dia sudah tau apa yang harus dilakukan,” imbuh Nina.
Kedua metode yang dapat dilakukan di rumah ini dipercaya Nina dapat menjadi bekal yang luar biasa untuk anak.
Sehingga kelak saat pandemi usai dan anak dapat bertemu dengan orang lain, anak sudah punya modal dasar yang baik dan sudah lancar berkomunikasi serta bersosialiasi.
(*)
Anaknya Pergoki Suami Selingkuh di Rumah Saat Ia Pergi Umroh, Selebgram Ini Akhirnya Usir Meski Belum Cerai: Temenin Tuh Pacar Lu
Penulis | : | Ragillita Desyaningrum |
Editor | : | Deshinta N |