Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum
Grid.ID – Kanker payudara merupakan jenis kanker dengan angka kejadian terbanyak nomor 1 di dunia.
Rata-rata seorang wanita didiagnosis kanker payudara setiap 15 detik.
Di Indonesia sendiri, dalam prevalensi 5 tahun hingga 2020, sebanyak 946.088 penduduk Indonesia menderita kanker di mana 201.143 penduduknya menderita kanker payudara.
Kanker payudara sendiri merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan terjadinya pertumbuhan sel-sel abnormal secara tidak terkontrol pada kelenjar dan jaringan payudara.
Sel-sel abnormal ini membelah diri dengan cepat dan tidak terkendali sehingga jumlahnya berlebih dan menyebar ke organ tubuh lainnya.
Dalam dunia medis, kanker payudara pun dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
Baca Juga: Kak Seto Divonis Mengidap Kanker Prostat, Ini Gejala yang Perlu Diwaspadai
Melalui acara edukasi media virtual bertajuk Akses Penanganan Kanker Payudara HER2+ Stadium Dini: Tantangan dan Harapan yang dihadiri oleh Grid.ID pada Jumat (19/02/2021), ahli bedah Onkologi, dr. Sonar Soni Panigoro, Sp.B(K)Onk., M.Epid., MARS mengungkapkan bahwa 1 dari 5 kanker payudara adalah HER2-positif.
HER2 (Human Epidermal Growth Factor Receptor 2) merupakan protein yang terdapat di permukaan sel yang berfungsi untuk pertumbuhan dan penyebaran sel.
Apabila jumlah HER2 yang terlalu banyak, hal ini akan menyebabkan pertumbuhan sel yang cepat dan tidak terkendali.
kaBaca Juga: Nampak Gosong dan Tak Menarik, Ternyata Bawang Putih Hitam Punya Segudang Manfaat untuk Kesehatan Tubuh Kita
HER2-Positif pada sel kanker dapat menyebabkan penyakit menjadi agresif dan menyebar dengan cepat.
Bila tidak terobati, dampaknya pada pasien yang menderita HER2-Positif adalah peluang harapan hidup yang kecil.
Oleh sebab itu, penting untuk mendeteksi dan mengobati sejak dini demi memaksimalkan kemungkinan untuk sembuh.
Baca Juga: Benjolan di Payudara Tidak Selalu Kanker, Kenali Jenis Benjolan di Payudara
Sebab, tujuan pengobatan kanker pada stadium dini bukan hanya dimaksudkan untuk mengontrol sel kanker saja, melainkan juga untuk menyembuhkan pasien.
“Saat ini salah satu terapi yang terbukti efektif pada kanker payudara HER2-positif stadium dini adalah pemberian terapi target dengan trastuzumab dan kemoterapi yang terbukti dapat meningkatkan angka kesintasan dan menurunkan risiko kekambuhan pasien. Apabila dilakukan, angka kekambuhan dapat berkurang dibandingkan pemberian kemoterapi saja,” ungkap Dr. Sonar.
Terapi trastuzumab juga telah diterapkan oleh 52 negara di dunia, dengan 5 negara di antaranya adalah negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Vietnam.
Baca Juga: Kanker Lambung Bisa Disebabkan oleh 4 Kebiasaan Ini, Termasuk Makan Nasi Pakai Kuah
Di beberapa negara yang telah menerapkan terapi trastuzumab ke dalam program jaminan kesehatan, trastuzumab terbukti cost-effective dalam mengobati pasien kanker payudara stadium dini.
Adapun stadium dini pada kanker payudara merujuk pada kondisi di mana kanker belum menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Kanker payudara stadium dini juga merujuk pada stadium I, II, III A.
Baca Juga: 6 Bahaya Konsumsi Susu Berlebihan, Berisiko Kanker dan Patah Tulang!
Sedangkan kondisi ketika kanker payudara telah menyebar ke bagian atau organ tubuh lainnya dinamakan stadium metastatik atau stadium lanjutan.
Nah, jika ditangani secara optimal, angka kesintasan 5 tahun pasien kanker payudara stadium dini bisa mencapai 99 persen.
Sayangnya, pengobatan kanker payudara stadium dini yang ditawarkan pemerintah Indonesia melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) belum optimal.
Baca Juga: 9 Makanan Enak yang Bisa Mencegah Kanker Payudara, Apa Saja?
Hal ini dikarenakan terapi trastuzumab yang dijamin oleh JKN hanya diperuntukkan bagi penderita kanker payudara stadium metastatik.
Padahal, penggunaan terapi trastuzumab sangat penting untuk mencegah penyebaran kanker pada stadium dini.
Berdasarkan data, angka kematian pasien dengan kanker payudara stadium dini lebih tinggi dari data dunia dan bahkan setara dengan angka kematian pada stadium metastatik.
Oleh sebab itu, diharapkan adanya pemerataan dalam akses pengobatan pasien kanker payudara, di mana penderita stadium dini mendapatkan akses yang sama dengan pasien stadium metastatik.
(*)
Penulis | : | Ragillita Desyaningrum |
Editor | : | Irene Cynthia |