Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum
Grid.ID – Publik sempat dikejutkan dengan viralnya Aprilia Manganang, seorang mantan atlet voli purti Tim Nasional Indonesia yang juga prajurit aktif TNI AD, ternyata seorang pria.
Hal ini diketahui saat Kepala Staf Angkatan Darat TNI, Jendreral Andika Perkasa, dan pejabat TNI lainnya melihat ada kejanggalan dalam kondisi fisik Aprilia.
Pasalnya, hasil pemeriksaan fisik Apria lebih cenderung menunjukkan bahwa dirinya memiliki organ tubuh laki-laki.
Adapun kondisi ini ditegaskan oleh Jenderal Andika sebagai kelainan yang bernama hipospadia.
"Sersan Manganang ini bukan transgender, bukan juga interseks. Tidak masuk dalam kategori itu semua. Saya tahu definisinya dan tim dokter pun tahu semua definisinya. Karena memang kelainan yang dialami adalah hipospadia. Jadi selalu kembalikan ke situ," kata Andika Perkasa di Mabes AD dalam konferensi pers, Selasa (9/3/2021) yang dikutip dari Kompas.com.
Dilansir dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) via Kompas.com, hipospadia merupakan cacat pada anak laki-laki di mana uretra tidak terletak di ujung penis.
Cacat ini merupakan bawaan sejak lahir.
Umumnya, bayi laki-laki yang mengidap kelainan ini, uretra terbentuk secara abnormal selama minggu ke 8-14 kehamilan.
Pada penderita hipospadia, pembukaan abnormal ini dapat terbentuk di mana saja.
Mulai dari di bawah ujung penis bahkan hingga ke skrotum.
Anak laki-laki yang menderita hipospadia pun terkadang memiliki Mr. P yang melengkung.
Kondisi ini bisa membuat penderita tak bisa menyemprotkan urin dengan normal.
Akhirnya, penderita hipospadia harus jongkok atau duduk untuk buang air kecil.
Melansir Tribunnews.com, dari 250 bayi laki-laki yang lahir, ada satu bayi yang mengalami kelainan hipospadia.
Penyebabnya masih belum diketahui, namun pada beberapa kasus dianggap karena kombinasi gen dan faktor lain seperti makanan dan minuman serta obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil.
Beberapa faktor risiko yang memengaruhi bayi mengalami kelainan hipospadia di antaranya adalah:
- Usia dan berat: Seorang ibu yang hamil saat usia 35 tahun atau lebih dan mengalami obesitas memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.
- Perawatan kesuburan: di mana wanita yang menggunakan teknologi tertentu untuk membantu kehamilan memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi yang mengalami kelainan hipospadia.
- Hormon tertentu: yaitu wanita yang mengonsumsi hormon tertentu sebelum atau selama kehamilan memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi yang menderita hipospadia.
(*)
Jadi Juragan Tanah dan Rumah, Segini Harta Kekayaan Denny Cagur yang Diduga Promosikan Judi Online, Jumlahnya Fantastis!
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Ragillita Desyaningrum |
Editor | : | Irene Cynthia |