Grid.ID - Istilah cryptocurrency memang masih asing dan jarang digunakan dalam transaksi keuangan.
Namun istilah Bitcoin mungkin sudah sering kamu dengar karena nilainya yang meroket tajam.
Layaknya mata uang biasa, nilai tukar Bitcoin juga mengalami kenaikan dan penurunan.
Baca Juga: Sudah Move On, Marion Jola Kenalkan Pacar Baru dan Ngaku Dirinya Bucin
Contohnya beberapa waktu belakangan, Bitcoin sempat mencapai rekor tertinggi $ 61.781,83 pada hari Sabtu (13/3) setelah Presiden AS, Joe Biden menandatangani stimulus fiskal $ 1,9 triliun dan memerintahkan percepatan dalam vaksinasi.
Baru dua hari mencatatkan rekor, bitcoin anjlok pada hari Senin (15/3).
Beberapa investor cenderung melihat bitcoin sebagai pelindung nilai terhadap inflasi.
Analis percaya kenaikan bitcoin telah terbantu oleh prospek pemulihan ekonomi yang curam.
Dalam perdagangan sore, bitcoin turun 5,3% menjadi $ 55.865.
Dibalik penurunan nilai harga bitcoin ada alasannya, dan investor juga merasakannya, simak di halaman selanjutnya.
Penurunan harga bitcoin diperkirakan karena investor merasa adanya potensi larangan dari India pada cryptocurrency.
Mengutip Reuters, seorang pejabat senior pemerintah mengatakan India, negara yang memiliki perekonomian terbesar ketiga di Asia, sedang mempersiapkan RUU yang akan mengkriminalisasi kepemilikan, penerbitan, penambangan, perdagangan, dan transfer aset kripto.
RUU itu sejalan dengan agenda pemerintah India bulan Januari yang menyerukan pelarangan mata uang virtual pribadi seperti bitcoin.
Usut punya usut ternyata India sedang membangun kerangka kerja untuk mata uang digital resminya sendiri.
"Minat baru dari pemerintah India dalam melarang cryptocurrency menyebabkan penurunan awal dari kisaran 60.000 USD menjadi 56.000 USD," ujar John Wu, presiden AVA Labs.
AVA Labs merupakan platform sumber terbuka untuk membuat aplikasi keuangan menggunakan teknologi blockchain.
Baca Juga: Praktis Bisa Pakai Teflon, Yuk Simak Resep Membuat Martabak Manis Lembut dengan Aneka Toping
Menurut perkiraan Industri, di India, meskipun ada ancaman larangan pemerintah, volume transaksi membengkak dan 8 juta investor sekarang memegang 100 miliar rupee atau $ 1,4 miliar dalam investasi kripto.
Namun dengan adanya kendala ini, investor tetap yakin akan kekuatan bitcoin, mengapa?
Terlepas dari menurunnya bitcoin, banyak investor percaya prospek harga bitcoin tetap miring ke atas.
Kenaikan bitcoin sebesar 40 persen sejak akhir Februari, yang terjadi di hari Sabtu hingga 61 ribu USD ada cerita dibaliknya.
Baca Juga: Trending, Afgan x Jackson GOT7 Umumkan Kolaborasi Lewat Instagram
Yaitu karena investor mengabaikan kekhawatiran atas valuasi setinggi langit.
Seth Melamed, chief operating officer Cairan pertukaran cryptocurrency yang berbasis di Tokyo, mengatakan undang-undang semacam yang diusulkan India tidak akan menjadi penghalang untuk keuntungan lebih lanjut untuk bitcoin.
"Karena itu desentralisasi, larangan atau penerimaan pemerintah agak tidak relevan, (karena) modal akan menemukan jalan," ungkap Melamed.
Bitcoin telah meningkat lebih dari 90% tahun ini, secara luas mengungguli kelas aset tradisional, didorong oleh cryptocurrency oleh perusahaan arus utama dan investor besar, termasuk Tesla Inc dan Bank of NY Mellon.
"Alasan mengapa bitcoin terus meningkat sangat mengejutkan pasar keuangan tradisional adalah karena mereka melihat fundamentalnya, sementara mereka harus melihat kekuatan pasar yang mendorong penerapannya," jelas Sergey Nazarov, salah satu pendiri Chainlink, sebuah organisasi terdesentralisasi.
(*)
Artikel ini telah tayang di Nextren.grid.id dengan judul Ini Alasan Harga Bitcoin Anjlok, Dari 60 Ribu ke 50 Ribuan Dollar
Nyesek, Abidzar Al Ghifari Sampai Lakukan Ini Demi 'Hadirkan' Mendiang Uje di Pernikahan sang Adik, Umi Pipik Auto Mewek
Source | : | NexTren |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ulfa Lutfia Hidayati |