Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Ada fakta mengangetkan yang perlu kita tahu di masa pandemi ini.
Bukan tentang virus Covid-19, melainkan perihal kesehatan mulut dan gigi.
Mengutip laman Kompas.com, survei global Pepsodent di delapan negara baru-baru ini, mengungkapkan bahwa sebanyak 30 persen orang Indonesia pernah melewati sehari penuh tanpa menyikat gigi.
Hal itu dijelaskan oleh Head of Sustainable Living Beauty & Personal Care and Home Care Unilever Indonesia Foundation, Drg Ratu Mirah Afifah, GCClinDent., MDSc.
Alasannya tak lain adalah karena rasa malas.
"Sebanyak 50 persen responden mengakui adanya rasa malas untuk sikat gigi di masa pandemi karena tidak banyak melakukan aktivitas di luar rumah," katanya saat konferensi pers virtual, Jumat (19/3/2021).
Menurutnya, hal ini merupakan dampak dari perubahan tren gaya hidup sejak pandemi melanda.
Saat segala aktivitas banyak dilakukan di dalam rumah saja, sehingga orang-orang menganggap sikat gigi jadi kurang penting.
Baca Juga: Kenapa Sih Bau Mulut Saat Bangun Tidur? Padahal Sudah Sikat Gigi di Malam Hari
Hal itu menyebabkan 73 persen orang mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut selama masa pandemi.
Padahal menyikat gigi adalah hal penting, jika jarang dilakukan maka bisa merusak gigi sekaligus gusi.
"Dalam waktu kurang dari 24 jam, biofilm plak terbentuk pada gigi dan gusi Anda, yang merupakan lapisan bakteri penyebab bau mulut, perubahan warna gigi yang tidak sedap."
"Bahkan, lebih buruknya penyakit gusi, yang menyebabkan gusi kita berdarah dan keropos," kata Lawrence Fung, DDS, pendiri Silicon Beach Dental, seperti Grid.ID kutip dari Well and Good.
Baca Juga: Bukan Cuma Bau Mulut, Ini Sederet Bahaya Kalau Nekat Sikat Gigi Sekali Sehari, Bikin Ngeri!
"Sebaiknya sikat gigi dua kali sehari," kata Dr. Fung.
Alasan lain adalah menyikat gigi dengan pasta gigi berfluorida akan memperkenalkan dosis fluorida yang aman dan sehat untuk membantu melindungi gigi dari gigi berlubang.
Kamu perlu tahu bahwa proses penyakit gusi bisa dimulai hanya dalam 12 jam.
"Beberapa tanda dari proses penyakit gusi atau radang gusi adalah pembengkakan, gusi berdarah, dan bau mulut," kata Dr. Fung.
Jika tidak menangani hal-hal pada tahap awal, di mana itu radang gusi, peradangan dapat mulai menyebabkan kerusakan permanen pada tulang dan serat pendukung yang menahan gigi di tempatnya.
Kerusakan ini dikenal sebagai penyakit periodontal.
Proses itu dapat terjadi sangat lambat dalam bentuk periodontitis kronis, atau beberapa kasus tertentu dapat terjadi dengan cepat dalam bentuk periodontitis agresif.
Baca Juga: Viral Unggahan Jangan Berkumur Setelah Sikat Gigi, Dokter: Cukup Meludahkan Saja!
"Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkannya datang lebih cepat menyebabkan keropos tulang bisa jadi penggunaan tembakau, penggunaan narkoba, kondisi yang menyebabkan kekebalan menurun, dan penyakit tertentu seperti diabetes," kata Dr. Fung.
Lebih lanjut, keropos tulang seringkali muncul sebagai resesi gusi.
Ketika periodontitis menjadi parah, hal itu dapat menyebabkan mimpi buruk bagi semua orang, yaitu kehilangan gigi.
Ini juga dikaitkan dengan penyakit jantung, yang menurut Dr. Fung adalah faktor risiko komplikasi Covid-19.
"Selama masa tidak pasti Covid-19 ini, lebih penting dari sebelumnya untuk menjaga kesehatan kita secara keseluruhan setinggi mungkin," katanya.
Bahkan, radang gusi dapat membuat kita lebih rentan terhadap penyakit karena menyebabkan peradangan.
Radang gusi dapat memicu respons kekebalan iritasi atau pembengkakan yang terus-menerus akibat gingivitis, itulah yang menyebabkan periodontitis.
"Meskipun belum ada cukup bukti di luar sana untuk menghubungkannya dengan risiko Covid-19, masuk akal jika kita tidak merawat tubuh kita secara keseluruhan, termasuk kesehatan mulut kita, maka itu menempatkan kita pada risiko lebih tinggi untuk Covid-19,” tutup Dr. Fung. (*)
Viral Rumah Dijual Rp 27 Juta di Yogyakarta, Kondisinya Horor dan Bikin Merinding, Akan Dibeli Joko Anwar?
Source | : | Well and Good |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Okki Margaretha |