Grid.ID – Jagat maya di Tanah Air tengah dihebohkan oleh pengangkutan potongan pohon raksasa yang melalui jalur Pantai Utara Jawa atau Pantura.
Bukan pohon biasa, pohon raksasa tersebut ternyata adalah baobab yang beratnya mencapai 80 ton.
Menariknya, pengangkutan potongan pohon baobab raksasa menggunakan truk ini diliputi kisah misteri lantaran disebut-sebut diikuti oleh jin.
Pasalnya, sopir pengantar bahkan mengatakan dirinya merasakan kejadian aneh dalam mengantarkan pohon tersebut, yakni ia kadang merasakan truknya berjalan ringan sendiri.
"Bukan satu orang yang bilang, beberapa orang bilang begitu. Percaya atau tidak memang beberapa orang bilang seperti itu ke saya," kata Dadang selaku sopir yang mengantarkan potongan pohon tersebut.
Diketahui truk trailer tersebut melaju pelan bermuatan pohon baobab (Adansonia) raksasa di jalur Pantura Jawa Tengah, Jalan Lingkar Utara Pemalang, Rabu (31/3/2021) siang.
Truk itu berangkat membawa potongan pohon baobab dari Sukamandi, Subang, Jawa Barat, pada Senin (29/3/2021).
Sopir truk, Dadang, menyatakan Scania P380 yang dikemudikannya menuju Semarang membawa pohon baobab yang sudah dibeli dan semula tumbuh di Subang.
Dadang memperkirakan truknya akan tiba di Semarang pada Kamis (1/4/2021) siang jika tak ada aral melintang.
Soal pemilik pemilik pohon baobab tersebut, Dadang tidak mengetahuinya lantaran hanya menyebut sebuah nama perusahaan di Semarang.
Dikutip Gridhot dari Tribun Jateng pada Kamis (1/4/2021), pohon baobab yang masih berada di perjalanan itu milik seorang pengusaha bernama David.
Apa tujuan crazy rich Semarang ini membeli pohon yang merupakan tanaman endemik Afrika tersebut?
Jelas David membeli bukan tanpa alasan, dia sebelumnya mendapat informasi ada pohon baobab tumbang akibat hembusan angin kencang sepekan lalu.
Kemudian rekannya menawari membeli pohon tersebut lantaran masih berpotensi hidup.
Baca Juga: Produser Crazy Rich Asians Bakal Turut Danai Pembuatan Film Virgo and the Sparklings dan Sri Asih
"Saya beli daripada sia-sia melapuk begitu saja. Apalagi pemilik pohon juga tak mampu memindahkan pohon tersebut," katanya saat dihubungi Tribunjateng.com.
Sebelum membelinya, dia melakukan konfirmasi ke beberapa pihak apakah pohon tersebut dilindungi undang-undang.
Pohon itu ternyata bukan pohon langka sehingga dia berani merogoh kocek.
Baobab tersebut juga banyak ditemukan di Jawa Barat, biasa disebut ki tambleg.
"Kalau pohon yang dilindungi negara, maka saya tidak berani membeli. Saya membeli karena pohon itu istimewa. Bentuknya besar terus masih ada potensi hidup. Sayang kan kalo hanya buat kayu bakar," terang pengusaha pencinta flora dan fauna ini.
Saat tumbang, panjang pohon tersebut sekitar 12 meter dengan diameter pangkal atau akar pohon 4 meter sehingga untuk keperluan pengangkutan, bagian atas dipangkas supaya bisa muat di atas trailer.
Menurut David, pohon itu akan ditanam di rumahnya yang berasa di Semarang atas.
Pohon tersebut akan menjadi baobab raksasa pertama di Kota Lumpia.
Berapa harga pohon raksasa tersebut?
"Mengenai harga, yang mahal ongkos angkutnya saja. Yang penting semoga pohon itu bisa hidup," ungkapnya kepada Tribunjateng.com.
Ada pendapat bibit baobab yang banyak terdapat di Kabupaten Subang dibawa oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dari Afrika kemudian ditanam di kawasan-kawasan perkebunan di Subang.
Pendapat lain menyatakan baobab dibawa oleh para pedagang dari Timur Tengah dan Afrika pada masa penyebaran Islam di Tatar Sunda.
Selain di Subang, pohon baobab di Indonesia juga terdapat di Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Purwodadi, Nusa Tenggara, dan juga di kawasan kampus Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat.
Pada akhir 2010 hingga awal 2011, Universitas Indonesia merelokasi 10 pohon baobab dari kawasan PT Sang Hyang Sri dan PG Rajawali, Ciasem, Subang.
Artikel ini telah tayang di GridHot.ID dengan judul Sopir Pengantar Ungkap Barang Bawaannya Diikuti Jin, Crazy Rich Semarang Niat Beli Potongan Pohon Baobab Seberat 80 Ton untuk Ditanam di Rumahnya: yang Mahal Ongkos Angkutnya...
(*)
Source | : | GridHot.ID |
Penulis | : | None |
Editor | : | Puput Akad Ningtyas Pratiwi |