Grid.id – Masyarakat di Indonesia memiliki kebiasaan khas yang selalu dilakukan setiap Ramadhan yaitu ngabuburit alias menunggu waktu berbuka sambil mencari hidangan buka puasa atau takjil.
Setiap daerah di Indonesia memilki pasar-pasar yang menjadi pusat jajan takjil yang legendaris. Masing-masing memiliki atmosfer tersendiri. Hidangan yang disediakan pun beragam, mulai dari yang tradisional hingga yang kekinian. Kamu bisa memilihnya sesuai selera.
Berhubung legendaris, biasanya pasar-pasar tersebut ramai pengunjung. Banyak orang memilih datang dari siang agar tidak kehabisan makanan yang dijual atau mengantre.
Nah, pada Ramadhan 2020 pasar-pasar tersebut sempat ditutup untuk menghindari persebaran Covid-19. Namun, tahun ini beberapa pasar-pasar takjil legendaris sudah kembali buka, tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan.
Kamu yang berada di dekat pasar-pasar tersebut bisa mampir, tetapi ingat selalu untuk menjauhi kerumunan, memakai masker, dan mencuci tangan dengan hand sanitizer setiap kali habis transaksi pembayaran atau menyentuh benda-benda di sekitar.
Bagi kamu yang berniat untuk ngabuburit sore nanti, pasar-pasar legendaris di bawah ini bisa kamu kunjungi.
Pasar Sore Kauman - Yogyakarta
Pasar Sore Ramadhan Kauman adalah salah satu pasar di Gang Kauman yang menjadi favorit warga Yogyakarta saat mencari hidangan untuk takjil dan buka puasa.
Pasar yang sudah ada sejak era 1970-an ini juga menyediakan berbagai makanan dan minuman segar yang cocok dikonsumsi untuk teman berbuka puasa.
Selain dikenal dengan banyaknya penjual dan varian makanan yang dihadirkan, ada satu makanan khas Pasar Sore Kauman yang tidak boleh kamu lewatkan. Nama makanan tersebut adalah kue kicak.
Konon, kue kicak pertama kali diperkenalkan oleh warga Kampung Kauman bernama Mbah Wono di tahun yang sama dengan berdirinya pasar tersebut. Kehadiran kue kicak rupanya disenangi oleh banyak orang.
Kue kicak sendiri terbuat dari ketan dan kelapa yang ditanak kemudian ditumbuk hingga halus. Kuahnya terbuat dari santan kelapa yang dicampur dengan gula merah. Keduanya adonan tersebut disajikan dalam satu wadah dan ditambah dengan taburan nangka sebagai pelengkap.
Seiring berjalannya waktu, kue kicak Mbah Wono semakin populer, banyak orang akhirnya meniru membuatnya untuk dijual di pasar ini. Beberapa di antaranya bahkan mengganti bahan dan topping kicak dengan variasi yang lebih kekinian.
Baca Juga: Kesulitan Kirana Larasati Menjadi Ibu Tunggal, Apa Saja Sih?
Meski begitu, rasa kicak sendiri punya perpaduan gurih dan manis yang seimbang. Gurih dari kelapa parut dan kuah santan, sementara manis legit berasal dari nangka, gula merah, dan beras ketannya. Selain kicak, ada juga kacang kumbon yang juga menjadi makanan khas di pasar ini.
Pasar Ramadhan Benhil – Jakarta
Pasar Ramadhan ini berlokasi di Jalan Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Berdiri sejak 17 tahun lalu, pasar satu ini selalu ramai dikunjungi pengunjung, terutama para pegawai kantor yang baru pulang kerja.
Jika mampir ke pasar ini, kamu wajib untuk mencoba bubur kampiun. Bubur kampiun sendiri sebenarnya merupakan makanan khas dari Kota Bukittinggi, Sumatera Utara. Namun, makanan ini sudah lama menjadi makanan favorit para pemburu takjil di pasar ini.
Sebagai informasi, bubur kampiun merupakan campuran dari tujuh bahan makanan yang dicampur menjadi satu. Bahan tersebut yaitu bubur sumsum, nasi ketan, lupis, ketan hitam, kacang hijau, kolak, dan bubur candil. Meski terdiri dari berbagai campuran makanan, rasa bubur ini tidak perlu diragukan.
Baca Juga: Kirana Larasati Jadikan Hobi Menyelam untuk Mengobati Stres
Paduan gurih dari santan kelapa dan legit gula merah, bercampur sempurna dengan manisnya kacang dan pisang yang ada di dalamnya. Kombinasi seluruh bahan pada bubur ini pun berpadu sempurna dan menghasilkan rasa yang seimbang. Sensasi rasa ini dijamin jarang kamu temukan di makanan tradisional manapun.
Pasar Takjil Mappanyukki - Makassar
Kamu yang tinggal di Makassar pasti sudah tidak asing dengan pasar Ramadhan satu ini. Berada di Mappanyukki, Kecamatan Mariso, Makassar, pasar satu ini dikelola oleh kelompok majelis taklim Mappanyukki sejak 1999.
Awalnya, para penjual merupakan anggota majelis taklim saja. Namun seiring tingginya animo masyarakat, pihak majelis taklim akhirnya membuka ruang bagi warga untuk ikut berjualan. Tercatat lebih dari 50 lapak jualan meramaikan pasar ini setiap bulan Ramadhan.
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |