Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum
Grid.ID – Orangtua di Indonesia mungkin telah terbiasa untuk tidur bersama sang anak sejak lahir.
Apalagi jika anak masih harus diberi ASI sehingga ibu tidak perlu repot-repot untuk bangun dari tempat tidur.
Sayangnya, kebiasaan yang bisa berlanjut hingga anak cukup dewasa ini dapat membuat anak kesulitan untuk tidur di kamarnya sendiri.
Padahal, melansir Nakita.id, ada banyak sekali keuntungan ataupun manfaat apabila anak tidur sendiri sejak dini.
Mulai dari melatih anak untuk mandiri dan berani, meningkatkan kepercayaan anak hingga menciptakan lingkungan tidur yang lebih baik.
Lantas, bagaimana cara melatih anak tidur sendiri di kamarnya? Simak tipsnya yang dikutip dari Very Well Family via Parapuan.
Berkomunikasi secara efektif
Baca Juga: Marshanda Biasa Membacakan Buku Cerita untuk Putrinya Sebelum Tidur, Apa sih Manfaatnya?
Anak mungkin akan menangis ketika orangtua meninggalkan mereka di kamarnya untuk tidur, sampai-sampai membuat orangtua tidak tega.
Jika kasusnya seperti ini, maka orangtua harus mencoba menenangkan dan meyakinkan anak untuk tidur di kamarnya.
Hati-hati dalam berkomunikasi dengan anak, hindari nada tinggi supaya anak tidak merasa semakin takut atau trauma.
Tetap tenang dan konsisten
Apabila anak masih menolak untuk tidur di kamarnya, cobalah untuk duduk di tepi tempat tidurnya dan yakinkan anak.
Cara ini dapat membuat anak merasa yakin bahwa secara fisik orangtuanya ada di dekatnya dan dengan mudah bisa mengajaknya tidur di tempat tidur.
Hindari naik ke tempat tidur atau membiarkan anak tertidur di pangkuan, dan cukup beritahu anak bahwa kamu akan duduk di sana sampai anak tertidur.
Baca Juga: Kecerdasan dan Emosi Buah Hati Ternyata Dipengaruhi Oleh Jadwal Tidurnya Lho, Ini Penjelasan Ahli!
Mengelola tangisan anak
Bagian paling sulit dalam melatih anak tidur sendiri adalah situasi emosional di mana anak akan menangis.
Jika demikian, orangtua bisa mengajarkan anak untuk mengatasi situasi emosional yang sulit ini dengan merespons emosi mereka dengan sabar, aktif dan responsif.
Pada usia balita, biasanya anak lebih mudah meniru dan memahami tindakan daripada kata-kata bernada tinggi.
Oleh karena itu, pastikan untuk meluangkan waktu untuk memberi pengertian dan pemahaman pada anak terkait emosinya.
(*)
Anaknya Pergoki Suami Selingkuh di Rumah Saat Ia Pergi Umroh, Selebgram Ini Akhirnya Usir Meski Belum Cerai: Temenin Tuh Pacar Lu
Source | : | Nakita.ID,Parapuan |
Penulis | : | Ragillita Desyaningrum |
Editor | : | Irene Cynthia Hadi |