Grid.ID - Siapa di antara kamu yang sering makan dengan taburan abon yang lezat dan gurih?
Memang sih bahan dasar abon biasanya dibuat dari protein seperti daging sapi atau ayam.
Tapi perlu diperhatikan kalau fungsi abon menurut ahli gizi ternyata hanya sebagai penyedap, bukan pengganti sumber protein.
Padahal selama ini banyak yang mengira bila abon bisa jadi alternatif lauk daging yang harganya lebih terjangkau.
Tapi rupanya anggapan ini salah besar.
Dibalik kenikmatan abon yang gurih tersebut, rupanya abon bisa mengancam kesehatan tubuh jika dikonsumsi terlalu berlebihan.
Apa sebabnya hingga abon bisa berbahaya?
Berikut ulasannya menurut pendapat ahli.
Baca Juga: Arthritis atau Radang Sendi Bisa Semakin Parah, Segera Hindari Beberapa Sayuran Berikut Ini!
Dampak Negatif Makan Abon Terlalu Banyak
Di balik kenikmatan abon yang manis dan gurih, rupanya tersimpan bahaya terhadap kesehatan yang mengintai.
Pasalnya, Abon yang kerap dianggap sebagai salah satu sumber protein karena berbahan dasar dari daging sapi, ternyata anggapan tersebut tidak tepat.
Djoko Sutopo, seorang ahli gizi yang tinggal di Gorontalo, menuliskan argumennya tentang abon ini di grup Facebook Gerakan Sadar Gizi.
Menurutnya, pengolahan abon dengan menggunakan suhu tinggi akan menyebabkan "reaksi pencoklatan" sehingga protein menjadi rusak dan susah/tidak dapat dicerna.
"Makanan yang tidak dapat dicerna tentu tidak dapat dimanfaatkan sebagai sumber zat gizi dan hanya menjadi sampah. Jadi Abon sebaiknya hanya digunakan sebagai penyedap, bukan sumber zat gizi," kata Djoko Sutopo dikutip dari Tribunews.com, Minggu (13/6/2021).
Baca Juga: Ngeri Banget! Ahli Catat Ada 5 Kebiasaan yang Diam-diam Merusak Tubuh, Termasuk Kurang Tidur
Menurutnya, pengolahan makanan terutama penggunaan suhu tinggi dapat menyebabkan kerusakan zat gizi baik jumlah maupun mutunya.
Yang paling mudah rusak adalah vitamin, terutama vitamin larut-air.
Penggunaan panas yang tidak terlalu tinggi dapat meningkatkan mutu/nilai gizi terutama protein.
Contoh bahan makanan yang akan berigizi jika dipanaskan dengan suhu panas yang tepat adalah telur.
Telur yang dimasak lebih baik daripada telur mentah.
Selain itu kacang-kacangan yang dimasak lebih baik daripada kacang mentah karena senyawa-senyawa penghambat enzim protease menjadi in-aktif.
Tetapi penggunaan suhu tinggi misalnya digoreng sampai kering, dipanggang, dibakar itu merusak nilai gizi protein (bukan kadarnya) karena terjadi polimerisasi, ikatan kompleks, ikatan silang sehingga enzim yang ada di perut manusia tidak mampu mencerna.
Tidak ada bahan makanan satupun yang bermanfaat bagi manusia kalau tidak dapat dicerna dan diserap.
Jadi semua bahan makanan yang menjadi coklat atau terbakar karena suhu tinggi adalah rusak, contoh: ikan yang digoreng sampai kering, kerak nasi goreng, kerak roti, kerak mata sapi, daging sate yang terbakar.
Lalu berapa banyak yang dapat dimanfaatkan?
Ya dilihat berapa banyak yang jadi coklat dan kering.
Kalau abon kan semuanya jadi coklat, lalu apa masih boleh dimakan?
"Ya boleh, bukan sebagai sumber protein tetapi sebagai teman nasi asalkan tidak terlalu sering karena ada laporan bahwa protein yang terbakar dapat berubah sifat potensial bersifat karsinogenik," jelasnya.
Karsinoneik sendiri dikutip dari Kemkes.go.id adalah zat-zat yang dapat menyebabkan penyakit Kanker.
Sehingga tentu saja jika terlalu berlebihan mengonsumsi abon maka dampaknya bisa membahayakan nyawa.
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ahli Gizi: Abon Itu Hanya Penyedap, Bukan Sumber Protein
Viral, Pernikahan Ini Sajikan Menu Mie Instan untuk Undangan yang Datang padahal Tajir, Tamu: Kami Juga Bawa Bekal Sendiri
Source | : | tribunnews |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ulfa Lutfia Hidayati |